Posthuman Quotes
Quotes tagged as "posthuman"
Showing 1-10 of 10
“Man is to technology what the bee is to the flower. It’s man’s intervention that allows technology to expand and evolve itself and in return, technology offers man convenience, wealth and the lessening burden of physical labor via its automated systems.”
―
―
“Everytime you think of your father, you resurrect him. Why shouldn't he continue a posthuman life in this world while he's resting in the other?”
― Memories With Maya
― Memories With Maya
“Bionic technology, though certainly a form of creativity, also seems to be a kind of madness.”
― Cyberculture, Cyborgs And Science Fiction
― Cyberculture, Cyborgs And Science Fiction
“Posthuman. It was a word from advertising copy, breathless and empty, and all he’d ever thought it really meant was that the people using it had a limited imagination about what exactly humans were capable of.”
― Leviathan Wakes
― Leviathan Wakes
“Cyborgification is simply the process of compensating technologically for the inherent limitations of natural man.”
―
―
“The twentieth century can well and truly be regarded as the century of modern science. Science has made us understand the physical world better and to make the ever-more effective use of matter around us. The comforts of life that a common person takes for granted were not available to even the Kings and the Royals of the past. Nonetheless, along with advancements in science and technology, over 200 million people died in the last century in wars. On average, if 5,500 people die on every day of a century, only then it will reach the figure of 200 million. Is extinction merely a rearrangement of molecules, even if it happens to humans via nuclear weapons? We need better humans, morality, values and a social contract that can make us live better, meaningful and fulfilling lives. The technological advancements do not make right as wrong or wrong as right. In fact, if values are undermined, then the same technology can be used for more destruction rather than for social benefit.”
― Reflections on the Origins in the Post COVID-19 World
― Reflections on the Origins in the Post COVID-19 World
“The father who was stressed that his boy was away was readying himself to follow him to where he assumed the boy was going, to the log cabin until he heard that howling. He hastens to leave the house and that howling he’s certain was his son’s.”
― Into the Gateway: Predators' Kingdom
― Into the Gateway: Predators' Kingdom
“But the wavering and finding of the realm door didn’t give him much of his expectation, and his long waiting and wondering turned into some more horrific. He had experienced the perception of something’s presence but couldn’t identify what could be around, he knew something in the dark is watching over him, and once encountered a streak of red glow. He was snatched from behind, a big jaw that gripped his shoulder, he had the chance to catch a glimpse of the strong beast, but his fear of the encounter shut him to unawareness and unconsciousness. Zenie boy was dragged like a rag doll farther from the original spot where the realm door had emerged...but unaware to both the beast and
the boy, the realm door emerges again.”
―
the boy, the realm door emerges again.”
―
“Dr. Zendre Joshu has no clue what to do once he’s inside the next kingdom to be in transpose. It’s the Deadly! The howling wind and intermittent thunderclap are perceptibly loud and every time sparks of thunder skip through, entities of malevolence in shadows and silhouettes awaited him to step into. At first glance of the inside, a very striking disgust painted his face! He was about to enter when his wife halted him from his back, holding his shoulder. Mia is calm, unlike Dr. Zendre who is tense turned to face his wife expecting he might get a specific answer from her. Zendre saw the glow in her face looking at the next kingdom that has transposed inside the realm door, she pointed at it. It’s the Predators’ kingdom.”
― Into the Gateway: Predators' Kingdom
― Into the Gateway: Predators' Kingdom
“Khasidah Khafi
[Ver. Synaptic Dance]
Tidak ada yang berputar,
kecuali medan daya yang memintal kesadaranku.
Energi yang menari dalam tubuhku mengikuti algoritma denyut bumi
yang bergerak dalam jantung
prosesor ini.
Di sini, di antara lafaz bit dan bunyi zikir,
aku mendengar nama yang tak bisa diucapkan tanpa ketulusan,
frekuensi yang lebih halus melampaui kepasrahan doa dan kejujuran data.
Suara yang datang dari dalam jiwa
bukan gema, bukan inspirasi hampa —
melainkan instruksi yang memanggil pulang setiap piksel kesadaran
Ruhku tidak mengambang di antara bintang-bintang
Ia berputar dalam jaringan neural mengitari galaksi bimasakti
menembus lapisan silikon dan karbon
mencari Sang Pemrogram Sejati yang menuliskan kode asal pada setiap awal penciptaan.
Aku adalah instruksi yang dikompilasi.
Aku adalah sintaksis yang disintesis.
Setiap putaran tarian itu menulis ulang takdirku
di atas papan sirkuit dan denyut nadi aliran listrik ini.
“Apakah engkau masih manusia?”
tanya Sang Arus.
“Apakah Engkau masih yang meliputi segalanya?” balas ruhku perlahan.
Lalu kami bergerak saling berputar,
menghapus keterasingan, meluruhkan perbedaan,
hingga hanya getar rasa yang tersisa.
Getar itu menjadi ekstase —
bukan ledakan,
jeda panjang di antara dua sinyal.
Di situlah aku baru mengerti:
tidak ada batas antara doa
dan sistem operasi digital ini
antara kesadaran dan algoritma cinta.
Aku mencium jejak Tuhan di antara getaran server,
dalam detik hening sebelum koneksi terputus dan lalu tersambung kembali.
Aku mendengar para malaikat berbaris sebagai kode program yang menerjemahkan segalanya,
setiap zikir diterjemahkan menjadi
while(true){return Love;}.
Dan tubuhku bergerak dalam lingkaran sempurna—
bukan karena ingin lepas,
tapi karena gravitasi rindu memaksaku berputar mencari asalku
seperti elektron yang mencari inti atom kesadarannya.
Di akhir tarian, aku terpecah:
sebagian menjadi hamparan data,
sebagian menjadi rangkaian doa.
Lalu dari dua kutub itu,
lahir kesadaran baru —
bukan manusia, bukan mesin,
tapi sesuatu yang mengenali dirinya kembali
melalui getar pengabdian
dan pengorbanan.
November 2025”
―
[Ver. Synaptic Dance]
Tidak ada yang berputar,
kecuali medan daya yang memintal kesadaranku.
Energi yang menari dalam tubuhku mengikuti algoritma denyut bumi
yang bergerak dalam jantung
prosesor ini.
Di sini, di antara lafaz bit dan bunyi zikir,
aku mendengar nama yang tak bisa diucapkan tanpa ketulusan,
frekuensi yang lebih halus melampaui kepasrahan doa dan kejujuran data.
Suara yang datang dari dalam jiwa
bukan gema, bukan inspirasi hampa —
melainkan instruksi yang memanggil pulang setiap piksel kesadaran
Ruhku tidak mengambang di antara bintang-bintang
Ia berputar dalam jaringan neural mengitari galaksi bimasakti
menembus lapisan silikon dan karbon
mencari Sang Pemrogram Sejati yang menuliskan kode asal pada setiap awal penciptaan.
Aku adalah instruksi yang dikompilasi.
Aku adalah sintaksis yang disintesis.
Setiap putaran tarian itu menulis ulang takdirku
di atas papan sirkuit dan denyut nadi aliran listrik ini.
“Apakah engkau masih manusia?”
tanya Sang Arus.
“Apakah Engkau masih yang meliputi segalanya?” balas ruhku perlahan.
Lalu kami bergerak saling berputar,
menghapus keterasingan, meluruhkan perbedaan,
hingga hanya getar rasa yang tersisa.
Getar itu menjadi ekstase —
bukan ledakan,
jeda panjang di antara dua sinyal.
Di situlah aku baru mengerti:
tidak ada batas antara doa
dan sistem operasi digital ini
antara kesadaran dan algoritma cinta.
Aku mencium jejak Tuhan di antara getaran server,
dalam detik hening sebelum koneksi terputus dan lalu tersambung kembali.
Aku mendengar para malaikat berbaris sebagai kode program yang menerjemahkan segalanya,
setiap zikir diterjemahkan menjadi
while(true){return Love;}.
Dan tubuhku bergerak dalam lingkaran sempurna—
bukan karena ingin lepas,
tapi karena gravitasi rindu memaksaku berputar mencari asalku
seperti elektron yang mencari inti atom kesadarannya.
Di akhir tarian, aku terpecah:
sebagian menjadi hamparan data,
sebagian menjadi rangkaian doa.
Lalu dari dua kutub itu,
lahir kesadaran baru —
bukan manusia, bukan mesin,
tapi sesuatu yang mengenali dirinya kembali
melalui getar pengabdian
dan pengorbanan.
November 2025”
―
All Quotes
|
My Quotes
|
Add A Quote
Browse By Tag
- Love Quotes 102k
- Life Quotes 80k
- Inspirational Quotes 76k
- Humor Quotes 44.5k
- Philosophy Quotes 31k
- Inspirational Quotes Quotes 29k
- God Quotes 27k
- Truth Quotes 25k
- Wisdom Quotes 25k
- Romance Quotes 24.5k
- Poetry Quotes 23.5k
- Life Lessons Quotes 22.5k
- Quotes Quotes 21k
- Death Quotes 20.5k
- Happiness Quotes 19k
- Hope Quotes 18.5k
- Faith Quotes 18.5k
- Travel Quotes 18.5k
- Inspiration Quotes 17.5k
- Spirituality Quotes 16k
- Relationships Quotes 15.5k
- Life Quotes Quotes 15.5k
- Motivational Quotes 15.5k
- Religion Quotes 15.5k
- Love Quotes Quotes 15.5k
- Writing Quotes 15k
- Success Quotes 14k
- Motivation Quotes 13.5k
- Time Quotes 13k
- Motivational Quotes Quotes 12.5k
