Eksperimental Quotes

Quotes tagged as "eksperimental" Showing 1-1 of 1
Titon Rahmawan
“ZOMBIE.exe —
[SYSTEM OVERLOAD]

[BOOTING...]
Memory check: corrupted.
Signal: unstable.
Language: infected.

— “Selamat malam pemirsa—” suara terdistorsi —
“—Kami tidak bertanggung jawab
atas isi siaran ini—”

Glitch. Noise. Histeria pixel.
Layar menyala, lalu melahap wajah penonton.

— (BREAKING NEWS) —
Layar mengklaim netralitas.
Netralitas mengangguk,
lalu mencabut pisau.

NOTIF: 47 pesan belum dibaca.
Setiap nada: pentungan besi.
Setiap kata: selipan baja.

“Kebenaran” (dicetak tebal, lalu dipotong).
“Maaf” (dikirim sekali, dibalas dengan screenshot).

[potongan siaran]
Pewara muncul—
tapi kini matanya layar,
suaranya iklan deterjen.

Ia membaca berita:
“Seorang anak bunuh diri setelah dibully
di kolom komentar.”

Semua tepuk tangan.
Emoji hati berhamburan.

—“Terima kasih sudah menonton tragedi ini dalam kualitas HD.”—

[INTERFERENCE]
Gambar macet.
Cahaya menyala, berubah jadi serpihan suara.

“Lihat! Mereka menari di atas algoritma!”

Darah... darah... darah...
Menggenang di mana-mana.

Hatimu: pop-up iklan.
Pikiranmu: buffering.

“Maaf”—tidak terkirim.
“Doa”—ditandai sebagai spam.

GIF: wajah tertawa tanpa suara.
MEME: potongan doa jadi lelucon.

“Kebenaran”—file corrupt.
“Empati”—file missing.

Zzzttt... connection lost.

[REBOOT SYSTEM]

Pewara berita: “...dan kita semua tahu—”
suara dipotong, dijahit kembali menjadi cercaan.

Di sebelahnya, seorang badut menempelkan stiker “BERITA”.
Ia tertawa—ketika mulutnya terbuka,
keluar emoji palu gada.

Setiap emoji = jeritan.
Setiap trending topic = kuburan massal.

(CUT TO COMMERCIAL BREAK)

Kopi sachet rasa opini publik.
Dijual dengan tagline:
“Bangkitkan Pagi Tanpa Nurani!”

JUNGKAT-JUNGKIT: naik turun, lumba-lumba melompat dari layar.
Yang naik memegang mikrofon,
yang turun memegang batu.
Keduanya tersenyum saat pengarah acara berseru: "Camera action!"

BISIK: tempat adab dulu disimpan.
BISIK hilang.
Kini ada retweet yang mengikat leher dengan dasi warna-warni.

Headline: “Skandal! — Klik di sini untuk nyatakan kemarahan”
Isi: amunisi.
Komentar: senapan.
Share: bom...

Kamu bicara.
Kamu menendang.
Kamu memposting.
Kamu menghakimi.
Semua terjadi dalam satu detik —
dunia disulap jadi arena melempar pisau.

Ada yang meludah kata-kata,
kata-kata itu membeku dan menjadi es.
Ada yang tersenyum,
seringainya adalah cermin berlumut
yang menitikkan darah.

[intermezzo — iklan kopi]
Minum saja. Lupakan.
Efeknya: kenyamanan.
Side effect: kehilangan empati.

DI SINI, sekali lagi bahasa kehilangan adab:
kata-kata tak lagi dipakai untuk berjabat tangan,
melainkan untuk menonjok wajah.

Aku muak.
Aku menahan letupan di dada:
bukan karena takut,
tapi khawatir bila amarah itu salah sasaran
karena di antara begitu banyak suara, hampir semuanya adalah gema
bunyi gergaji.

Tapi dengar:
ketika notifikasi menjadi peluru,
ketika like mengukur derajat kriminalitas: penghakiman, pembunuhan—
seseorang menjerit,
yang lain berlarian.

Dari layar simulakra bermunculan:
zombie-zombie bergentayangan
Dengan mulut menganga buas
siap menggigit siapa saja.

— (END OF TRANSMISSION) —
Layar pecah. Pisau jatuh.
Darah muncrat!

2025”
Titon Rahmawan