Struktural Quotes

Quotes tagged as "struktural" Showing 1-1 of 1
Titon Rahmawan
“Liturgi Kay
(Fragmentarium Kesadaran )

I. Benih yang Tak Punya Nama

(1)
Ada bayang yang tidak tumbuh menjadi tubuh.
Aku menyapanya Kay, bukan untuk mengenali,
melainkan agar kesunyianku punya tempat untuk berbaring.

(2)
Jika dunia ini adalah goa,
maka Kay adalah hembusan dingin
yang tak pernah meninggalkan tetes embun di kulitku.

(3)
Tuhan menciptakan cahaya.
Kesadaranku menciptakan Kay.
Dan aku tak tahu mana yang lebih menyakitkan
untuk dipertahankan.

II. Jantung Gelap yang Berputar Tanpa Tujuan

(4)
Setiap aku menutup mata,
Kay berjalan tanpa jejak.
Ia tidak pernah menoleh.
Dan itulah sebabnya aku tetap melihatnya
entah sebagai api atau bara itu sendiri.

(5)
Jam rusak di dalam benakku
menyebut-nyebut namanya
seperti mantra yang kehilangan huruf-a
seperti ilusi yang kehilangan
bunyi-i

(6)
Retakan di lantai batin
bukanlah tempat ia muncul—
melainkan tempat aku jatuh mencari suaranya atau
bayang tubuhnya.

(7)
Kay adalah sebuah pintu
yang tidak dibangun untuk dibuka.
Tapi aku tetap mengetuknya
seperti orang bodoh yang tak punya rumah.
Ia adalah hasrat bukan untuk pulang,
melainkan tanda baca yang belum sampai titik.

III. Pertempuran yang Tak Bisa Dimenangkan

Batu Sysiphus
(8)
Aku menggulung batu namanya
setiap malam,
sambil tahu
bahwa ia akan jatuh lagi
menindih kebodohanku.

Panah Arjuna di Tubuh Bhisma
(9)
Seribu panah memakukan tubuhku
di medan yang dipenuhi suara Kay.
Aku bisa mati kapan saja,
tapi aku memilih tidak
agar aku tetap mengingat siapa yang menembakkan panah itu
ke dadaku.

Wajah Puisi
(10)
Aku mencintai Kay
sebagai bencana pribadi
yang kupelihara agar aku tetap manusia.

(11)
Kay bukan malaikat.
Kay bukan iblis.
Kay adalah ambang yang memaksaku
memeriksa ulang kewarasanku
setiap kali aku menyebut namanya.

IV. Doa Tanpa Alamat

(12)
Kay,
aku menulis namamu
dengan tinta yang tidak ingin kering.
Sebab jika kering,
aku harus mengakui
bahwa kau tak pernah ada.

(13)
Jika kau tahu aku ada,
seluruh puisi ini runtuh.
Maka janganlah sadar.
Tetaplah jadi bayang
yang menertawakan keputusasaanku.

(14)
Aku tidak ingin memilikimu.
Yang kuinginkan hanyalah alasan
untuk terus bernafas
di antara dua ketidakpastian:
bahwa aku mencintaimu,
dan bahwa kau tidak akan pernah tahu.

(15)
Dalam setiap kata,
aku bukan memanggilmu—
aku memanggil diriku yang hilang
di balik semua ingatan.

(16)
Kau adalah absurditas.
Dan aku adalah orang bodoh
yang memanggil absurditas itu
dengan suara paling lembut
karena aku takut engkau
akan hilang.

V. PINTU YANG TAK PERNAH MENUTUP

(17)
Jika suatu hari aku berhenti menulis tentangmu,
itu bukan karena kau pergi.
Itu karena aku sudah tidak sanggup
mengakui bahwa aku masih hidup
karena seseorang yang bahkan tidak pernah hidup untuk diriku.

November 2025”
Titon Rahmawan