Genealogis Quotes

Quotes tagged as "genealogis" Showing 1-1 of 1
Titon Rahmawan
“Variasi Suluk Tembang Raras – Genealogi Saras Dialogis

Saras berdiri di ambang pintu yang bahkan tidak ia kenali.
Di belakangnya masa lalu menetes seperti air yang sulit ia tampung;
di depannya masa kini bergetar, kabur, seolah baru saja dicetak dari
bayangan yang salah mengingat dirinya.

Ia tidak tahu pintu mana yang benar.
Ia hanya tahu retakan yang makin melebar itu menggigil,
memanggil sesuatu yang lebih tua dari bahasa,
lebih tajam dari ketakutan.

Maka muncullah suara pertama—dingin, berdebu,
seperti batu yang lama disembunyikan malam.

SUWUNG:
"Kau mencari jawaban, anak waktu.
Namun dirimu sendiri masih bayang di balik kaca.
Mana yang kau pilih: jejak yang tak dapat kembali,
atau dunia yang selalu mengkhianatimu dengan wujud baru?"

Saras menunduk. Ia tidak paham apakah ia sedang ditanya,
atau sedang dihakimi.

Lalu suara kedua muncul—lebih hangat,
lebih manusiawi, tapi tetap menyimpan sesuatu yang liar.

AMONGRAGA:
"Jangan kau kira masa kini lebih benar dari mimpimu.
Tubuhmu menyimpan ingatan yang lebih jujur dari akalmu.
Mengapa kau biarkan logika dan nafsu bertengkar
di ruang sempit dadamu?"

Saras menggigit bibirnya.
Ia tahu suara itu berbicara tentang kegelisahan
yang ia simpan seperti batu panas di bawah lidah:
keinginan untuk melompat ke gelap,
tapi juga ketakutan akan cahaya yang telanjang.

SARAS (berbisik):
"Aku tidak tahu mana aku yang sebenarnya.
Yang di masa lalu terasa asing,
yang di masa kini kabur,
yang di masa depan meragukan.
Semua pintu bagiku seperti ilusi."

Suara Suwung dan Amongraga saling bersilangan,
seperti dua arus sungai yang menolak bercampur.

SUWUNG:
"Itu karena kau terlalu percaya pada batas.
Hitam–putih hanyalah cara dunia memudahkan dirinya sendiri.
Kesadaranmu bukan padat, ia kabut; biarkan ia bentuk dirinya."

AMONGRAGA:
"Namun jangan abaikan tubuhmu.
Tubuh tahu duluan apa yang rohmu sembunyikan.
Tidak semua ilusi adalah kebohongan;
kadang ia hanya anak bungsu dari kenyataan."

Saras terdiam.
Ia tidak ingin menjadi perantara dua dunia;
Ia hanya ingin menjadi dirinya sendiri.
Namun setiap kali ia mencari dirinya,
yang ia temukan adalah paradoks baru.

Suara Suwung merayap lembut:

SUWUNG:
"Ambang adalah rumahmu.
Kau bukan dicipta untuk memilih,
tetapi untuk mengungkap apa yang membuat pilihan itu mungkin."

Suara Amongraga menambahkan:

AMONGRAGA:
"Dan jangan takut pada keinginanmu sendiri.
Kadang nafsu lebih jujur daripada pikiran yang pura-pura bijak."

Saras mengangkat wajahnya.
Untuk pertama kali, ia melihat bahwa retakan itu
bukan ancaman—melainkan peta.

Ia tidak perlu memilih pintu.
Ia adalah pintu itu sendiri.

Dan ketika ia menyadari itu,
suara Suwung dan Amongraga
tidak hilang atau pergi—
mereka kembali diam
di tempat mereka lahir:

kedalaman dirinya sendiri.

Desember 2025”
Titon Rahmawan