Introspektif Quotes

Quotes tagged as "introspektif" Showing 1-2 of 2
Titon Rahmawan
“Zoyya

Ada yang luput tertangkap dalam binar mata Zoyya
Usia muda yang ingin nyatakan dirinya sendiri
Seekor ayam berbulu merah tak kasat mata
Sebuah rahasia yang sengaja ia sembunyikan,
Tertutup rapat dalam pintu kamar terkunci
Dan lubang menganga dari separuh dunia
Siapa melihat Zoyya di sana asyik dengan pikiran sunyi?
Membuat tangga ke surga untuk meraih kebahagiaan
Apakah kau lihat Zoyya dalam dirimu, sebagaimana aku menemukan Zoyya dalam diriku?
Ada kepahitan yang gemetar seperti daun hijau tersentuh angin
Seperti riak air di danau yang menggigil kedinginan
Betapa tikaman senyap itu terasa sangat menyakitkan
Betapa aum kegelisahan itu terdengar sangat menakutkan.
Mungkin, kau tak akan pernah melihat dia menangis
Sepintas, ia hanya tertawa-tawa gembira dalam semesta kecilnya.
Mengubur semua kisah dalam layar ponsel yang tak henti berkedip
Dalam ratusan tanda cinta yang beterbangan ke udara
Kita memuja Zoyya seperti memuja masa kanak-kanak kita yang polos dan mungkin naif
Ketelanjangan yang tak pernah ditutup-tutupi
Hanya bisa menduga-duga berapa usia Zoyya saat ini
Sekali lagi lepas dari tatapan mata berang mama dan papa
Luka yang ia samarkan dari sinar matahari pagi
Dan segala kemungkinan apa yang bisa terjadi di sekolah;
Nama yang sengaja ia lupakan,
Identitas yang tak ingin ia bagi
Tapi betapa...
Betapa usia belia tak berarti apa-apa baginya
Harapan yang tak lagi ia dambakan, kerinduan yang sepertinya tak ia kehendaki.
Ia telah menembus kegelapan itu dengan caranya sendiri
Mungkin ia lupa pulang
Mungkin ia lupa jalan untuk kembali
Sebab rumah hanyalah
sebuah kenangan sedih
yang sudah lama
ingin ia tinggalkan.

Oktober 2025”
Titon Rahmawan

Titon Rahmawan
“SAKURA: Enam Luka, Enam Cara Mencintai yang tak Selesai.

1. Sakura di Ambang
Yang Tak Tersentuh

Kelopak gugur—
nama kita terhapus
sebelum tiba.

Senja memudar.
dalam hembusan angin,
langit terdiam.

Di batang tua,
bayangmu menempel
tanpa tubuhku.

2. Sakura di Atas Luka
yang Tidak Sembuh

Ada jalan kecil
di mana dulu
kau memanggilku tanpa suara.

Sakura mekar di sana hari ini,
menghadirkan wajahmu
yang tak boleh kusentuh.

Angin mengangkat kelopak
seperti membawa rahasia kita
yang bahkan langit pun malu menyimpannya.

Aku berdiri lama,
membiarkan gugurnya bunga
menjadi satu-satunya sentuhan
yang masih diizinkan dunia.

3. Sakura dalam Cekungan
Piala Bulan

Aku minum bersama bayangku,
dan kau hadir sebagai aroma
yang tak pernah sempat kupeluk.

Di atas sungai malam,
sakura jatuh satu-satu,
setiap kelopak—
janji yang tidak kita tepati.

Angin membawa namamu
hingga ke bintang paling dingin,
dan aku tetap duduk di sini,
mabuk oleh hal yang
tidak boleh kucintai.

Di kejauhan,
bulan tertawa pelan—
ia tahu sejak awal
kita tak akan pernah
dipersatukan dunia.

4. Sakura di Antara
Dua Keheningan

Sakura jatuh
di trotoar basah kota
tanpa siapa pun memperhatikan.

Seperti kata terakhir
yang tidak berani kita ucapkan,
ia hilang sebelum sempat menyentuh.

Aku berjalan melewati pohon itu
mengira kau masih ada di sana—
tapi cahaya sore memantulkan
betapa tipisnya keberadaan.

Mungkin cinta hanyalah
kelopak yang runtuh terlalu cepat
untuk kita tangkap,
namun terlalu lambat
untuk benar-benar dilupakan.

5. Sakura yang Tumbuh
di Dalam Rongga Dada

Aku membuka dadaku
dan menemukan sebatang sakura kecil
menggeliat di antara tulang rusuk.

Setiap kelopaknya
membawa wajahmu—
wajah yang tidak boleh kusebut
tanpa membuat dunia ini
memuntahkan darah.

Angin malam masuk
melalui retakan luka,
menggoyangkan pohon itu
hingga menggugurkan rahasia
yang kupendam terlalu lama.

Sakura itu mekar
bukan untuk dirayakan,
melainkan untuk mengingatkan
bahwa cinta yang dilarang
selalu mencari jalan
untuk tumbuh di tempat
yang tidak seharusnya.

Dan aku,
menjadi taman gelap
yang tidak pernah diakui matahari.

6. Sakura dalam Bahasa
yang Berbeda

Di halaman sunyi itu,
sakura berdiri seperti sebuah kata
yang kehilangan huruf pertamanya.

Aku mencoba mengucapkan namamu—
tapi udara membeku,
mengubah suara menjadi debu.

Kelopak jatuh
sebagai tanda-tanda kecil
dari sesuatu yang tidak pernah
boleh dirumuskan.

Kita adalah dua kalimat
yang ditulis dalam bahasa berbeda
di bawah langit yang sama.

Angin membawa sakura pergi,
dan aku memahami
bahwa beberapa cinta
ditakdirkan hanya menjadi metafora:
indah, dingin,
dan tidak pernah selesai.

April 2014”
Titon Rahmawan