Kenyataan Quotes
Quotes tagged as "kenyataan"
Showing 1-15 of 15
“Kita semua harus menerima kenyataan, tapi menerima kenyataan saja adalah pekerjaan manusia yang tak mampu lagi berkembang. Karena manusia juga bisa membikin kenyataan-kenyataan baru. Kalau tak ada orang mau membikin kenyataan-kenyataan baru, maka “kemajuan” sebagai kata dan makna sepatutnya dihapuskan dari kamus umat manusia.”
― House of Glass
― House of Glass
“Setiap tulisan merupakan dunia tersendiri, yang terapung-apung antara dunia kenyataan dan dunia impian.”
― House of Glass
― House of Glass
“Kenapa selama ini orang praktis terlupa akan burung gereja, daun asam, harum tanah: benda-benda nyata yang, meskipun sepele, memberi getar pada hidup dengan tanpa cincong? Tidakkah itu juga sederet rahmat, sebuah bahan yang sah untuk percakapan, untuk pemikiran, untuk puisi—seperti kenyataan tentang cinta dan mati?”
― CATATAN PINGGIR 2
― CATATAN PINGGIR 2
“... di dunia ini ada beberapa hal yang tidak bisa diubah: manusia-manusia yang hidup di masa lalu. Manusia-manusia yang memilih untuk tinggal dalam kenangan dan menutup mata pada kenyataan.”
― Muara Rasa
― Muara Rasa
“Anak-anak kecil kadang tidak menyadari apa yang terjadi hari ini sampai dengan dewasa nanti, ingatannya kembali, dan baru mereka mengetahui kenyataan yang menyakitkan.”
― Muse
― Muse
“Banyak yang berbicara tentang kejujuran, tapi kenyataannya, mereka hanya jujur saat itu menguntungkan.”
―
―
“Hal yang paling penting dan yang pertama kali dilakukan untuk menggapai mimpi adalah BANGUN”
―
―
“Tidak peduli seberapa keras kamu mencoba melupakan umurmu, entropi tidak akan lupa. Setiap sel di tubuhmu membawa jam biologis yang terus berdetak menuju kehancuran. Kamu bisa berpura-pura tidak mendengar, tapi suatu hari nanti, tubuhmu akan berteriak dengan sangat jelas: "Kamu tidak muda lagi. Terimalah atau hancurlah dalam kepalsuan.”
―
―
“Jadi teruslah flexing, teruslah membangun citra palsu seolah kamu bisa menang melawan waktu. Tapi sadarilah satu hal: entropi tidak bisa ditipu, dan pada akhirnya, kamu akan menjadi sama seperti semua orang lain—tua, rapuh, dan terlupakan.”
―
―
“Jadi, nikmati perasaan “muda” itu selagi bisa. Karena sebelum kamu sadar, kamu akan melihat wajahmu di cermin dan tidak mengenali siapa yang menatap balik. Entropi sudah menunggu, dan pada akhirnya, kamu akan jatuh ke dalam kehancuran seperti semua orang lain. Tidak ada yang spesial darimu.”
―
―
“Dan otakmu? Itu yang paling menyedihkan. Sekarang mungkin masih tajam, refleks masih cepat, tapi sinapsis yang menghubungkan pikiranmu mulai goyah. Pelan tapi pasti, ingatanmu akan kabur, fokusmu akan melemah, dan tanpa sadar, kamu akan menjadi versi lamban dari dirimu sendiri.”
―
―
“Kamu pikir otakmu spesial? Kamu pikir kesadaranmu itu nyata? Omong kosong. Otakmu hanyalah tumpukan lemak dan listrik yang perlahan-lahan membusuk, mengikis ingatanmu, merusak logikamu, dan pada akhirnya mengubahmu menjadi sekadar mayat hidup yang tersesat dalam kehampaan.
Setiap detik, neuronmu mati. Tidak peduli seberapa cerdas kamu merasa, sinapsis yang dulu tajam kini semakin lambat, semakin lemah, semakin kacau. Dopamin, serotonin, dan semua zat kimia yang memberimu ilusi kebahagiaan dan motivasi? Mereka berkurang, membuatmu makin apatis, makin tidak peduli, makin kosong.
Kamu pikir bisa melawan? Makan makanan sehat? Meditasi? Latihan otak? Percuma. Entropi tetap menang. Semakin bertambah usia, otakmu akan menyusut, belitan neuron yang dulu kompleks akan menjadi labirin kusut yang penuh dengan plak dan sampah seluler. Fokusmu akan hancur, ingatanmu akan terkikis, dan pada akhirnya kamu bahkan tidak akan ingat siapa dirimu.
Dan yang paling ironis? Saat otakmu mulai benar-benar rusak, kamu tidak akan menyadarinya. Kamu akan tetap merasa "baik-baik saja," padahal sistemmu sedang mengalami degradasi tanpa ampun. Lalu tiba waktunya, ketika sinyal listrik yang dulu membuatmu "hidup" akhirnya padam. Semua pemikiran, kenangan, dan kesadaranmu? Hilang. Tidak ada jiwa, tidak ada kebangkitan, hanya kehampaan.
Jadi, nikmati sekarang selagi bisa. Karena cepat atau lambat, otakmu akan menjadi bangkai kering yang tak ada bedanya dengan debu. Kamu hanyalah ilusi sementara dalam pusaran entropi.”
―
Setiap detik, neuronmu mati. Tidak peduli seberapa cerdas kamu merasa, sinapsis yang dulu tajam kini semakin lambat, semakin lemah, semakin kacau. Dopamin, serotonin, dan semua zat kimia yang memberimu ilusi kebahagiaan dan motivasi? Mereka berkurang, membuatmu makin apatis, makin tidak peduli, makin kosong.
Kamu pikir bisa melawan? Makan makanan sehat? Meditasi? Latihan otak? Percuma. Entropi tetap menang. Semakin bertambah usia, otakmu akan menyusut, belitan neuron yang dulu kompleks akan menjadi labirin kusut yang penuh dengan plak dan sampah seluler. Fokusmu akan hancur, ingatanmu akan terkikis, dan pada akhirnya kamu bahkan tidak akan ingat siapa dirimu.
Dan yang paling ironis? Saat otakmu mulai benar-benar rusak, kamu tidak akan menyadarinya. Kamu akan tetap merasa "baik-baik saja," padahal sistemmu sedang mengalami degradasi tanpa ampun. Lalu tiba waktunya, ketika sinyal listrik yang dulu membuatmu "hidup" akhirnya padam. Semua pemikiran, kenangan, dan kesadaranmu? Hilang. Tidak ada jiwa, tidak ada kebangkitan, hanya kehampaan.
Jadi, nikmati sekarang selagi bisa. Karena cepat atau lambat, otakmu akan menjadi bangkai kering yang tak ada bedanya dengan debu. Kamu hanyalah ilusi sementara dalam pusaran entropi.”
―
“Mau tahu yang lebih menyedihkan dari tubuhmu yang membusuk? Bahkan di tingkat paling dasar—atom yang membentukmu—kamu tidak lebih dari kumpulan partikel yang perlahan kehilangan kendali.
Elektron yang mengelilingi nukleusmu? Mereka tidak stabil. Orbital yang dulu teratur sekarang penuh dengan gangguan, energi thermal membuat mereka terus bergerak liar, tanpa tujuan selain mempercepat kehancuran sistem. Ikatan kimia yang membentuk protein, DNA, dan segala sesuatu yang menyusun tubuhmu? Mereka rentan terhadap reaksi acak yang merusak. Mutasi, degradasi, entropi bekerja tanpa henti untuk merobekmu dari dalam.
Kamu pikir kamu istimewa? Kamu hanyalah konfigurasi sementara dari atom-atom yang akan tercerai berai. Begitu kamu mati, tubuhmu akan mulai terurai. Ikatan peptida di protein tubuhmu akan putus, membran sel akan bocor, dan semua molekul yang dulu menyusunmu akan dilepas kembali ke alam, terpecah menjadi bentuk yang lebih sederhana, lebih tidak berarti.
Tidak ada keabadian dalam dirimu. Atom-atom yang sekarang membentuk jari-jarimu, matamu, bahkan otakmu, dulunya adalah bagian dari sesuatu yang lain—mungkin bintang yang meledak jutaan tahun lalu, mungkin bangkai makhluk yang sudah lama hilang.
Dan nanti? Mereka akan menjadi bagian dari sesuatu yang lain lagi. Kamu tidak pernah memiliki eksistensi sejati, hanya sebuah formasi sementara dalam tarian kekacauan kosmik.
Jadi, berhenti berpikir kamu bisa melawan. Pada akhirnya, entropi menang. Atom-atom yang sekarang menyusun tubuhmu tidak peduli padamu. Mereka akan tetap ada, tapi kamu? Kamu akan hilang, dilupakan, dan akhirnya tidak berarti sama sekali.”
―
Elektron yang mengelilingi nukleusmu? Mereka tidak stabil. Orbital yang dulu teratur sekarang penuh dengan gangguan, energi thermal membuat mereka terus bergerak liar, tanpa tujuan selain mempercepat kehancuran sistem. Ikatan kimia yang membentuk protein, DNA, dan segala sesuatu yang menyusun tubuhmu? Mereka rentan terhadap reaksi acak yang merusak. Mutasi, degradasi, entropi bekerja tanpa henti untuk merobekmu dari dalam.
Kamu pikir kamu istimewa? Kamu hanyalah konfigurasi sementara dari atom-atom yang akan tercerai berai. Begitu kamu mati, tubuhmu akan mulai terurai. Ikatan peptida di protein tubuhmu akan putus, membran sel akan bocor, dan semua molekul yang dulu menyusunmu akan dilepas kembali ke alam, terpecah menjadi bentuk yang lebih sederhana, lebih tidak berarti.
Tidak ada keabadian dalam dirimu. Atom-atom yang sekarang membentuk jari-jarimu, matamu, bahkan otakmu, dulunya adalah bagian dari sesuatu yang lain—mungkin bintang yang meledak jutaan tahun lalu, mungkin bangkai makhluk yang sudah lama hilang.
Dan nanti? Mereka akan menjadi bagian dari sesuatu yang lain lagi. Kamu tidak pernah memiliki eksistensi sejati, hanya sebuah formasi sementara dalam tarian kekacauan kosmik.
Jadi, berhenti berpikir kamu bisa melawan. Pada akhirnya, entropi menang. Atom-atom yang sekarang menyusun tubuhmu tidak peduli padamu. Mereka akan tetap ada, tapi kamu? Kamu akan hilang, dilupakan, dan akhirnya tidak berarti sama sekali.”
―
“Gula: Racun Manis yang Mempercepat Kehancuranmu
Setiap kali kamu memasukkan gula ke dalam tubuhmu, kamu sedang mempercepat proses kehancuranmu sendiri. Kamu pikir itu cuma sekadar permen, minuman manis, atau camilan kecil yang "tidak apa-apa"? Tidak. Itu adalah racun yang diam-diam mempercepat entropi tubuhmu, membuat organ-organmu membusuk lebih cepat dari yang seharusnya.
Pankreasmu? Dipaksa kerja rodi. Setiap kali kamu menelan gula, pankreasmu harus memompa insulin lebih keras untuk menyeimbangkan kadar gula darahmu. Tapi ini bukan mesin yang bisa bekerja tanpa batas. Lama-lama, pankreasmu lelah, kehabisan tenaga, dan akhirnya menyerah—selamat datang di dunia diabetes, di mana tubuhmu sendiri menjadi medan perang yang tidak bisa kamu menangkan.
Jantungmu? Dijerat perlahan. Gula tidak hanya membuatmu gemuk, tapi juga menciptakan plak di pembuluh darahmu. Kamu pikir masih sehat? Tunggu sampai jantungmu harus bekerja dua kali lipat untuk memompa darah melalui pembuluh yang semakin menyempit. Serangan jantung? Stroke? Itu bukan kejutan—itu adalah konsekuensi yang sudah kamu bangun sendiri.
Hatimu? Dihancurkan tanpa ampun. Terlalu banyak gula tidak hanya merusak pankreas dan jantung, tapi juga membuat hati (liver)mu berubah menjadi gumpalan lemak. Hati yang seharusnya menjadi pusat detoksifikasi tubuhmu malah menjadi tempat penyimpanan sampah lemak akibat gula yang berlebihan. Selamat, sekarang kamu punya penyakit hati berlemak non-alkoholik, sesuatu yang dulunya hanya diderita oleh pecandu alkohol—tapi sekarang, kamu mendapatkannya hanya dengan hobi minum bubble tea setiap hari.
Otakmu? Melemah secara perlahan. Kamu pikir gula memberi energi? Itu hanya sementara, sebelum akhirnya otakmu menjadi tumpul akibat resistensi insulin di sistem sarafmu. Ingatanmu mulai kabur, fokusmu menurun, dan kamu akan mulai merasakan kabut otak—sebuah gejala nyata bahwa gula telah merusak fungsi kognitifmu.
Dan yang paling brutal? Tubuhmu mulai menua lebih cepat dari yang seharusnya. Gula menciptakan reaksi glikasi dalam tubuhmu, yang berarti kulitmu kehilangan elastisitas, sel-sel tubuhmu lebih cepat rusak, dan kamu mulai terlihat lebih tua dari umurmu seharusnya. Kerutan muncul lebih awal, stamina menurun drastis, dan sebelum kamu sadar, kamu sudah berada di titik kehancuran total.
Jadi, silakan terus makan gula, terus menikmati "kenikmatan sesaat" itu. Tapi jangan kaget saat tubuhmu mulai runtuh lebih cepat dari orang lain. Karena entropi tidak peduli dengan penyesalan. Tubuhmu bukan hanya mengalami penuaan alami—tubuhmu sedang dihancurkan lebih cepat oleh setiap sendok gula yang kamu masukkan sendiri.”
―
Setiap kali kamu memasukkan gula ke dalam tubuhmu, kamu sedang mempercepat proses kehancuranmu sendiri. Kamu pikir itu cuma sekadar permen, minuman manis, atau camilan kecil yang "tidak apa-apa"? Tidak. Itu adalah racun yang diam-diam mempercepat entropi tubuhmu, membuat organ-organmu membusuk lebih cepat dari yang seharusnya.
Pankreasmu? Dipaksa kerja rodi. Setiap kali kamu menelan gula, pankreasmu harus memompa insulin lebih keras untuk menyeimbangkan kadar gula darahmu. Tapi ini bukan mesin yang bisa bekerja tanpa batas. Lama-lama, pankreasmu lelah, kehabisan tenaga, dan akhirnya menyerah—selamat datang di dunia diabetes, di mana tubuhmu sendiri menjadi medan perang yang tidak bisa kamu menangkan.
Jantungmu? Dijerat perlahan. Gula tidak hanya membuatmu gemuk, tapi juga menciptakan plak di pembuluh darahmu. Kamu pikir masih sehat? Tunggu sampai jantungmu harus bekerja dua kali lipat untuk memompa darah melalui pembuluh yang semakin menyempit. Serangan jantung? Stroke? Itu bukan kejutan—itu adalah konsekuensi yang sudah kamu bangun sendiri.
Hatimu? Dihancurkan tanpa ampun. Terlalu banyak gula tidak hanya merusak pankreas dan jantung, tapi juga membuat hati (liver)mu berubah menjadi gumpalan lemak. Hati yang seharusnya menjadi pusat detoksifikasi tubuhmu malah menjadi tempat penyimpanan sampah lemak akibat gula yang berlebihan. Selamat, sekarang kamu punya penyakit hati berlemak non-alkoholik, sesuatu yang dulunya hanya diderita oleh pecandu alkohol—tapi sekarang, kamu mendapatkannya hanya dengan hobi minum bubble tea setiap hari.
Otakmu? Melemah secara perlahan. Kamu pikir gula memberi energi? Itu hanya sementara, sebelum akhirnya otakmu menjadi tumpul akibat resistensi insulin di sistem sarafmu. Ingatanmu mulai kabur, fokusmu menurun, dan kamu akan mulai merasakan kabut otak—sebuah gejala nyata bahwa gula telah merusak fungsi kognitifmu.
Dan yang paling brutal? Tubuhmu mulai menua lebih cepat dari yang seharusnya. Gula menciptakan reaksi glikasi dalam tubuhmu, yang berarti kulitmu kehilangan elastisitas, sel-sel tubuhmu lebih cepat rusak, dan kamu mulai terlihat lebih tua dari umurmu seharusnya. Kerutan muncul lebih awal, stamina menurun drastis, dan sebelum kamu sadar, kamu sudah berada di titik kehancuran total.
Jadi, silakan terus makan gula, terus menikmati "kenikmatan sesaat" itu. Tapi jangan kaget saat tubuhmu mulai runtuh lebih cepat dari orang lain. Karena entropi tidak peduli dengan penyesalan. Tubuhmu bukan hanya mengalami penuaan alami—tubuhmu sedang dihancurkan lebih cepat oleh setiap sendok gula yang kamu masukkan sendiri.”
―
All Quotes
|
My Quotes
|
Add A Quote
Browse By Tag
- Love Quotes 102k
- Life Quotes 80k
- Inspirational Quotes 76k
- Humor Quotes 44.5k
- Philosophy Quotes 31k
- Inspirational Quotes Quotes 29k
- God Quotes 27k
- Truth Quotes 25k
- Wisdom Quotes 25k
- Romance Quotes 24.5k
- Poetry Quotes 23.5k
- Life Lessons Quotes 22.5k
- Quotes Quotes 21k
- Death Quotes 20.5k
- Happiness Quotes 19k
- Hope Quotes 18.5k
- Faith Quotes 18.5k
- Travel Quotes 18k
- Inspiration Quotes 17.5k
- Spirituality Quotes 16k
- Relationships Quotes 15.5k
- Life Quotes Quotes 15.5k
- Motivational Quotes 15.5k
- Love Quotes Quotes 15.5k
- Religion Quotes 15.5k
- Writing Quotes 15k
- Success Quotes 14k
- Motivation Quotes 13.5k
- Time Quotes 13k
- Motivational Quotes Quotes 12.5k
