Keras Quotes

Quotes tagged as "keras" Showing 1-7 of 7
“Kejar apa yang kau mau, setelah lelah,
kembali kesini katakan rupa kekecewaan, biar ku kubur itu bersama hati dan kepalamu selepas shubuh”
andra dobing

“Sekeras dan sesusah apapun hidup, si miskin tetap tidak boleh mencuri. Hukum diciptakan untuk itu. Melindungi si kaya.”
Devania Annesya, Queen: Ingin Sekali Aku Berkata Tidak

“Kejar apa yang kau mau, setelah lelah,
kembali kesini katakan rupa kekecewaan, biar ku kbur itu bersama hati dan kepalamu selepas shubuh”
andra dobing

“Jangan tampakkan ujung belati pada hidup di mataku;
Aku ingin mendendam lebih lama dari umur dunia.

Aku ingin berdecit lebih keras di kehampaan langit sore ~ .”
andra dobing

Dian Nafi
“banyak orang yang paham, bu Nyai-ibunya Gus Mafazi- adalah perempuan yang sangat keras. bukan saja disiplin tapi juga pengejar kesempurnaan,”
Dian Nafi, Gus

Dian Nafi
“Kalau mau kerja keras, tidak lihat dia ini keturunan siapa, ya pasti akan suksess, mukti, mulia.”
Dian Nafi, Mengejar Mukti

Titon Rahmawan
“PANGKUR :
(Fragmentarium 20 Tikaman Sunyi)

1
Petir sumbang.
Langit menegang, pelat baja
dipalu dari sisi terdalamnya.

2
Hujan turun cairan asam:
mengikis mata
wajah tinggal topeng tanpa riwayat.

3
Dunia:
arca yang disembah oleh bayang-bayang sendiri.
Kesadaran:
batu yang tak lagi mengingat wujudnya.

4
Musim menggeram.
Setiap butir air menyimpan dendam yang tidak meminta ampun.

5
Manusia menelanjangi nama sendiri.
Makian.
Ancaman.
Pisau tersembunyi di sela sendi.

6
Belati membelah tanah.
Anak Adam melukail
tidak membunuh,
hanya memastikan yang lain
masih berdarah.

7
Kemanusiaan menjadi kabut:
ruh melayang,
mencari raga yang hilang.

8
Abu menyelimuti wajah.
Rambut kaku berdiri
kawat meregang luka.

9
Nyeri merayap ke dasar tengkorak,
seperti kawanan semut tersesat
di rongga telinga.

10
Genderang perang bertalu.
Langit menganga—
menelan semua gerhana.

11
Di tanah ini, mimpi mati terlebih dulu.
Merpati jatuh tertembak peluru
gagal mengirim pesan.

12
Hujan tidak bernyanyi.
Cuaca patah. Waktu terbelah.
Bumi mengerut menjadi bangkai
di paruh gagak.

13
Dubuk mencabik serpihan nama.
Sejarah runtuh sebelum sempat ditulis.

14
Duri menajamkan bulu mata.
Setiap helai rambut menghitung
hari kematian
dengan ketelitian seorang algojo.

15
Isak terperangkap, ruang tak
mengenal waktu.
Jerit menjadi kubur,
cat mengelupas di dinding bunker.

16
Manusia lelah mencari nama.
Nama lelah mencari manusia.

17
Peradaban tenggelam tanpa suara.
Jelaga menggambar kerangka kota
yang lupa asal-usulnya.

18
Siluet hantu melintas sunyi
dengan mata menyala,
bukan karena amarah—
hanya tak punya tempat
untuk kembali.

19
Mawar diinjak
tanpa ritual.
Tanpa pamit.
Tanpa air mata.

20
Sunyi pecah.
Waktu retak.
Detak berhenti
lalu diam, seperti kerikil
kehilangan gravitasi.

Desember 2025”
Titon Rahmawan