Perempuan Quotes
Quotes tagged as "perempuan"
Showing 1-30 of 59
“Aku ingin menjadi istrimu. Aku percaya pada apa yang kulakukan dan tak peduli bila terkesan aku yang melamarmu. Lagi pula apa salahnya meminta pria berbudi menjadi suami?”
―
―
“Semua perempuan itu pelacur, sebab seorang istri baik-baik pun menjual kemaluannya demi mas kawin dan uang belanja, atau cinta jika itu ada.”
― Beauty Is a Wound
― Beauty Is a Wound
“Jangan panggil aku perempuan sejati jika hidup hanya berkalang lelaki...
Namun bukan berarti aku tak butuh lelaki untuk aku cintai...”
― Bumi Manusia
Namun bukan berarti aku tak butuh lelaki untuk aku cintai...”
― Bumi Manusia
“Sebagai perempuan Indonesia yang lama tinggal di Jerman, mendiang Ibu Ainun merupakan inspirasi bagi saya, juga bagi banyak perempuan Indonesia di Eropa. Penampilannya sederhana namun sempurna. Mengurus rumah tangga sendiri, masak sendiri, mendorong suami berkarier, bahkan kadang menyopiri ke kantor, mengantar anak-anak sekolah, merawat ketika sakit, membesarkan mereka hingga mengantarkan mereka menjadi orang-orang sukses.”
― Ainun Habibie: Kenangan Tak Terlupakan Di Mata Orang-Orang Terdekat
― Ainun Habibie: Kenangan Tak Terlupakan Di Mata Orang-Orang Terdekat
“Anak-anak muda jaman sekarang itu lucu dan agak susah dimengerti. Mereka cukup bersemangat membuat berbagai macam proposal untuk kegiatan organisasi yang mereka ikuti. Tapi proposal hidup yang berisi visi dan strateginya meraih mimpi, justru lupa mereka buat sendiri.”
―
―
“Perempuan diciptakan Allah untuk mendampingi laki-laki, demikian pula sebaliknya. Ciptaan Allah itu pastilah yang paling baik dan sesuai buat masing-masing.”
― Perempuan
― Perempuan
“Nilai akhir dari proses pendidikan, sejatinya terrekapitulasi dari keberhasilannya menciptakan perubahan pada dirinya dan lingkungan. Itulah fungsi daripada pendidikan yang sesungguhnya.”
―
―
“Hijab adalah pembebasan dari ketergantungan kosmetik dan topeng. Hijab adalah pembebasan untuk jujur pada hatimu. Hijab adalah pembebas jiwamu dari rantai-rantai duniawi.”
― Ratu yang Bersujud
― Ratu yang Bersujud
“Memang laki–laki yang tergoda perempuan hampir pasti sudah tidak punya otak lagi.”
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
“Penyakit, musibah, dan perang barangkali memang bisa membunuh jutaan orang.
Tetapi apatisme, selalu berhasil menghancurkan ratusan tahun peradaban.”
―
Tetapi apatisme, selalu berhasil menghancurkan ratusan tahun peradaban.”
―
“Seharusnya perjuangan perempuan di dalam memperoleh hak-haknya, tidak lantas untuk diterjemahkan sebagai langkah oposisi perlawanan terhadap kekuasaan. Sebab, merdeka bukanlah jenis kelamin.”
―
―
“Kupikir sendiri itu niscaya. Aku memang selalu iri pada orang yang berdua. Lebih iri lagi pada orang yang mendua, karena kurasa, aku telah bersetia pada orang yang salah. Mereka bisa berdua, bahkan mendua. Sedangkan perempuan, ia diciptakan untuk bersetia sampai mampus.”
― Rumah Kremasi: Kumpulan Cerita Pendek
― Rumah Kremasi: Kumpulan Cerita Pendek
“Tidak perlu menjadi perempuan yang mampu mengatur lelaki. Jadilah perempuan yang tidak bisa didikte oleh lelaki.”
―
―
“Aku tidak pernah dididik buat menjadi seorang gadis yang bisa bersolek, yang dapat memikat pandang. Seperti tanaman yang tumbuh di dalam rumah, aku terlalu biasa dengan pemberian air dan sinar secukupnya.”
― Keberangkatan
― Keberangkatan
“Seorang perempuan dihargai karena banyak hal yang membuatnya hadir secara berarti dalam sebuah pentas bernama kehidupan. Ketiadaan seorang anak tak lantas membuatmu menjadj tak berarti.”
―
―
“Segala kemajuan zaman, segala tinjauan fiqih yang mengizinkan perempuan berperan lebih, apakah telah disalahartikan?”
― Single in Love
― Single in Love
“Percayalah!
Perempuanmu lebih suka mendengar kata “Maaf” dari bibir lelakinya, daripada harus disuapi kata “Nanti”.”
―
Perempuanmu lebih suka mendengar kata “Maaf” dari bibir lelakinya, daripada harus disuapi kata “Nanti”.”
―
“Kadang perempuan bertanya banyak hal, sebelum pertanyaan pertama selesai ia akan menanyakan hal yang lain dan membuat komentar tentang itu dan ini. Saat seperti itu kau tidak usah menjawab pertanyaan dan komentar mereka. Mereka tidak membutuhkan jawaban tetapi membutuhkan telinga yang tabah untuk mendengar.”
―
―
“Perempuan adalah kota yang sepi, tetapi tidak mati. Ia memiliki banyak persimpangan, mobil tua yang kadang terparkir rapi, tidak jarang pula sembarangan di sudutsudut
jalan. Gedung-gedung yang menjulur tinggi, pemukiman, jalan yang lengang, lampu merah hijau di perempatan, sangat sepi. Namun tidak mati. Dia hanya menunggu, seseorang tinggal di dalamnya. Maka jangan pernah meninggalkan seorang perempuan dalam
kesepian.”
― Di Hari Kelahiran Puisi
jalan. Gedung-gedung yang menjulur tinggi, pemukiman, jalan yang lengang, lampu merah hijau di perempatan, sangat sepi. Namun tidak mati. Dia hanya menunggu, seseorang tinggal di dalamnya. Maka jangan pernah meninggalkan seorang perempuan dalam
kesepian.”
― Di Hari Kelahiran Puisi
“Jika kau lupa apa jenis kelaminmu, berjalan-jalanlah keliling kota, atau naiklah bis kota, dan jika tubuhmu seperti bukan milikmu, tapi sebuah properti publik, berarti kau perempuan.”
― The Original Dream
― The Original Dream
“Barangkali kami wanita juga memiliki cara untuk mengirim isyarat, sesuai dengan dasar kemestian dan adat yang ditentukan oleh "masyarakat" lelaki.”
― Keberangkatan
― Keberangkatan
“Perempuan harus berani menolak di hadapan "cinta" dan "sayang". Jika tidak ia akan dieksploitasi.”
―
―
“Fatamorgana bagi Abe adalah melakukan banyak kegiatan untuk melupakan seseorang, sementara ia menyadari bahwa di ujung hari ia akan kembali dikepung kerinduan. Seseorang bisa saja pergi sejauh mungkin sampai ke ujung dunia, namun itu tidak membuatnya lepas dari pikirannya sendiri. Lebih menyiksa lagi karena ketika sendiri, Abe tidak menemukan dirinya, tapi orang lain. Perempuan yang tidak mau dilupakan.”
― Jalan Panjang yang Berangin
― Jalan Panjang yang Berangin
“Sepasang mata seorang perempuan akan terus
menyaksikan, merakam dan melayarkan kenangan demi
kenangan. Biarlah sebahagian besar daripadanya tetap
menjadi misteri yang tidak mungkin dirungkaikan.”
― Perempuan Luka Kalis Kecewa
menyaksikan, merakam dan melayarkan kenangan demi
kenangan. Biarlah sebahagian besar daripadanya tetap
menjadi misteri yang tidak mungkin dirungkaikan.”
― Perempuan Luka Kalis Kecewa
“Tidak habis pikir dia membayangkan bagaimana seorang yang dilahirkan oleh perempuan tega menyakiti perempuan. Tidakkah mereka membayangkan jika anak-anak perempuan mereka diperlakukan serupa?”
― Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam
― Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam
“Perempuan yang Dulu Kau Kejar Hanya untuk Kau Lukai”
Buat para lelaki:
Apakah kau benar-benar sudah memahami istrimu? Ia bukan sekadar perempuan yang menunggumu pulang, meski tanganmu hampa dan dompetmu kosong. Ia bukan sekadar tubuh yang letih mengurus rumah, atau wajah yang perlahan kehilangan cahaya mudanya. Ia adalah doa yang tak pernah berhenti menyebut namamu, bahkan ketika kau tertidur lelap dan melupakan segalanya. Ia adalah keberanian yang meninggalkan kenyamanan tempat tinggal orang tuanya, menukar kepastian dengan harapan, hanya demi satu keyakinan, karena ia mencintaimu.
Ia memintal mimpi dengan air matanya, menyalakan bara ketabahan dengan jiwanya, dan menaruh seluruh hidupnya dalam genggaman tanganmu—meski kau sendiri sering tak tahu bagaimana harus menjaganya. Dialah yang mempertaruhkan hidupnya demi melahirkan darah dagingmu, dialah yang mengorbankan hidup dan waktunya demi membesarkan keturunanmu. Dialah tangan yang membersihkan rumahmu, hati yang menjaga marwahmu, pelita yang menuntunmu pulang.
Ironisnya, justru dialah orang yang paling sering kau abaikan. Dialah yang paling sering kau sakiti dengan sikap diam-mu, acuh tak acuhmu dan ketidakpedulianmu. Ia yang dulu kau kejar dengan segala kerinduan, kini kau anggap biasa saja—tak lagi istimewa, tak lagi bernilai. Padahal yang ia harapkan bukan istana, bukan harta berlimpah, melainkan hal yang sederhana: perhatian yang tulus, rasa aman, kasih sayang yang hangat.
Tragisnya, engkau lupa bahwa cinta adalah bara yang harus dijaga, api yang harus diperbaharui. Engkau biarkan apinya padam, lalu kau salahkan ia ketika rumah tangga menjadi dingin. Engkau tak sadar, luka yang ia simpan bukan karena tubuhnya berubah menjadi gemuk, bukan karena kecantikannya pudar, melainkan karena pengorbanannya tak lagi berarti bagimu. Engkau telah meruntuhkan marwah seorang istri, menukar air matanya dengan penyesalan, menukar pengabdiannya dengan kehampaan.
Jangan salahkan dia bila akhirnya ia memilih pergi. Ia pergi bukan karena lelah mencintai, melainkan karena tak ada lagi cinta untuk dipertahankan. Ia tinggalkan rumah yang ia bangun dengan air mata, ia lepaskan kenangan yang ia ikat dengan harapan. Dan yang tragis, kau tak kehilangan sekadar seorang istri—kau kehilangan perempuan yang dulu rela menyerahkan segalanya untukmu, bahkan hidup dan kehormatannya.
Mengapa lelaki begitu pandai mengejar, namun begitu ceroboh menjaga? Dahulu, ia rela menembus hujan dan badai demi seulas senyum; kini, sekadar menatap mata istrinya saja ia sudah enggan. Mata yang dulu ia puja, jernih bagai telaga tempat ia merendam dahaga cintanya, kini dibiarkannya berkabut oleh air mata. Tidakkah ia sadar, setiap tetes air mata istrinya adalah patahan kecil dari marwahnya sendiri?
Lelaki sering kali lupa, bahwa cinta yang diperjuangkan dengan susah payah bisa hilang hanya karena lalai memeliharanya. Betapa ironis—mereka berlari mengejar bunga saat kuncup, namun berpaling saat bunga itu mekar, seakan keindahan tak lagi berarti ketika sudah berada dalam genggaman.
Perempuan menangis bukan karena lemah, melainkan karena hatinya penuh dan meluap oleh perasaan yang tak sanggup ia bendung lagi. Ia menangis bukan karena kehilangan cinta, tapi karena cinta yang ia beri setulus hati tak lagi dipandang berarti. Apa yang lebih menyakitkan bagi seorang istri selain disamakan dengan rutinitas? Diseret dalam hari-hari yang hampa tanpa lagi ada rasa kagum, tanpa lagi ada ucapan sederhana: “Sayang, aku sangat mencintaimu...”
Dan beginilah tragedi buruk para istri: lelaki sibuk mencari kebahagiaan di luar rumah, padahal perempuan yang paling ia sakiti susah payah menjaga api kebahagiaan itu tetap menyala. Sementara lelaki mengira, kejayaan ada pada dunia luas yang ingin ia taklukkan. Padahal, kedamaian terbesar ada di pangkuan istrinya yang terus menunggu dengan setia, entah sampai kapan?
Semarang, September 2025”
―
Buat para lelaki:
Apakah kau benar-benar sudah memahami istrimu? Ia bukan sekadar perempuan yang menunggumu pulang, meski tanganmu hampa dan dompetmu kosong. Ia bukan sekadar tubuh yang letih mengurus rumah, atau wajah yang perlahan kehilangan cahaya mudanya. Ia adalah doa yang tak pernah berhenti menyebut namamu, bahkan ketika kau tertidur lelap dan melupakan segalanya. Ia adalah keberanian yang meninggalkan kenyamanan tempat tinggal orang tuanya, menukar kepastian dengan harapan, hanya demi satu keyakinan, karena ia mencintaimu.
Ia memintal mimpi dengan air matanya, menyalakan bara ketabahan dengan jiwanya, dan menaruh seluruh hidupnya dalam genggaman tanganmu—meski kau sendiri sering tak tahu bagaimana harus menjaganya. Dialah yang mempertaruhkan hidupnya demi melahirkan darah dagingmu, dialah yang mengorbankan hidup dan waktunya demi membesarkan keturunanmu. Dialah tangan yang membersihkan rumahmu, hati yang menjaga marwahmu, pelita yang menuntunmu pulang.
Ironisnya, justru dialah orang yang paling sering kau abaikan. Dialah yang paling sering kau sakiti dengan sikap diam-mu, acuh tak acuhmu dan ketidakpedulianmu. Ia yang dulu kau kejar dengan segala kerinduan, kini kau anggap biasa saja—tak lagi istimewa, tak lagi bernilai. Padahal yang ia harapkan bukan istana, bukan harta berlimpah, melainkan hal yang sederhana: perhatian yang tulus, rasa aman, kasih sayang yang hangat.
Tragisnya, engkau lupa bahwa cinta adalah bara yang harus dijaga, api yang harus diperbaharui. Engkau biarkan apinya padam, lalu kau salahkan ia ketika rumah tangga menjadi dingin. Engkau tak sadar, luka yang ia simpan bukan karena tubuhnya berubah menjadi gemuk, bukan karena kecantikannya pudar, melainkan karena pengorbanannya tak lagi berarti bagimu. Engkau telah meruntuhkan marwah seorang istri, menukar air matanya dengan penyesalan, menukar pengabdiannya dengan kehampaan.
Jangan salahkan dia bila akhirnya ia memilih pergi. Ia pergi bukan karena lelah mencintai, melainkan karena tak ada lagi cinta untuk dipertahankan. Ia tinggalkan rumah yang ia bangun dengan air mata, ia lepaskan kenangan yang ia ikat dengan harapan. Dan yang tragis, kau tak kehilangan sekadar seorang istri—kau kehilangan perempuan yang dulu rela menyerahkan segalanya untukmu, bahkan hidup dan kehormatannya.
Mengapa lelaki begitu pandai mengejar, namun begitu ceroboh menjaga? Dahulu, ia rela menembus hujan dan badai demi seulas senyum; kini, sekadar menatap mata istrinya saja ia sudah enggan. Mata yang dulu ia puja, jernih bagai telaga tempat ia merendam dahaga cintanya, kini dibiarkannya berkabut oleh air mata. Tidakkah ia sadar, setiap tetes air mata istrinya adalah patahan kecil dari marwahnya sendiri?
Lelaki sering kali lupa, bahwa cinta yang diperjuangkan dengan susah payah bisa hilang hanya karena lalai memeliharanya. Betapa ironis—mereka berlari mengejar bunga saat kuncup, namun berpaling saat bunga itu mekar, seakan keindahan tak lagi berarti ketika sudah berada dalam genggaman.
Perempuan menangis bukan karena lemah, melainkan karena hatinya penuh dan meluap oleh perasaan yang tak sanggup ia bendung lagi. Ia menangis bukan karena kehilangan cinta, tapi karena cinta yang ia beri setulus hati tak lagi dipandang berarti. Apa yang lebih menyakitkan bagi seorang istri selain disamakan dengan rutinitas? Diseret dalam hari-hari yang hampa tanpa lagi ada rasa kagum, tanpa lagi ada ucapan sederhana: “Sayang, aku sangat mencintaimu...”
Dan beginilah tragedi buruk para istri: lelaki sibuk mencari kebahagiaan di luar rumah, padahal perempuan yang paling ia sakiti susah payah menjaga api kebahagiaan itu tetap menyala. Sementara lelaki mengira, kejayaan ada pada dunia luas yang ingin ia taklukkan. Padahal, kedamaian terbesar ada di pangkuan istrinya yang terus menunggu dengan setia, entah sampai kapan?
Semarang, September 2025”
―
“Pandora
Apa yang mungkin engkau yakini sebagai hukuman, Kay?
Bukankah langkah,
semestinya tidak tinggalkan jejak
yang kemudian hari
ingin engkau ingkari.
Kenangan adalah
getah yang menitik
dari luka sebatang pohon.
Sedang ingatan pilu
yang terkubur di halaman
adalah tulang-tulang yang digali
oleh anjing-anjing pencuri
di malam hari.
Siapa yang akan datang
untuk mencintaimu
dengan wajah yang carut marut
serupa itu, Kay?
Tangkapan layar itu
tak akan pernah
menyatakan kebohongan
selain apa yang sengaja
engkau niatkan dari semula.
Apapun yang coba kau sembunyikan
di balik topeng _masquerade_ berenda
selamanya tak akan pernah pergi.
Kau tak mungkin jadi bunglon
yang cukup pintar menyamarkan ketelanjanganmu sendiri.
Sebagaimana waktu
telanjur menelan
seluruh kehadiranmu.
Detik demi detik,
hari-hari yang telah lalu
atau tahun yang akan datang.
Engkau tak akan pernah
bisa berpaling.
Bagaimana kau yakin
pada diri sendiri?
Semua jejak yang engkau tinggalkan bukan petilasan kebodohan
atau artefak kebohongan.
Buah terlarang
yang dipetik Eva
dari taman Eden yang hilang.
Telah menjelma menjadi labirin
dalam diri anak keturunannya.
Ia telah menjelma jadi Pandora!
Kotak celaka
yang lalu mengutuknya
Jadi wanita kesepian
seumur hidup!
2024 - 2025”
―
Apa yang mungkin engkau yakini sebagai hukuman, Kay?
Bukankah langkah,
semestinya tidak tinggalkan jejak
yang kemudian hari
ingin engkau ingkari.
Kenangan adalah
getah yang menitik
dari luka sebatang pohon.
Sedang ingatan pilu
yang terkubur di halaman
adalah tulang-tulang yang digali
oleh anjing-anjing pencuri
di malam hari.
Siapa yang akan datang
untuk mencintaimu
dengan wajah yang carut marut
serupa itu, Kay?
Tangkapan layar itu
tak akan pernah
menyatakan kebohongan
selain apa yang sengaja
engkau niatkan dari semula.
Apapun yang coba kau sembunyikan
di balik topeng _masquerade_ berenda
selamanya tak akan pernah pergi.
Kau tak mungkin jadi bunglon
yang cukup pintar menyamarkan ketelanjanganmu sendiri.
Sebagaimana waktu
telanjur menelan
seluruh kehadiranmu.
Detik demi detik,
hari-hari yang telah lalu
atau tahun yang akan datang.
Engkau tak akan pernah
bisa berpaling.
Bagaimana kau yakin
pada diri sendiri?
Semua jejak yang engkau tinggalkan bukan petilasan kebodohan
atau artefak kebohongan.
Buah terlarang
yang dipetik Eva
dari taman Eden yang hilang.
Telah menjelma menjadi labirin
dalam diri anak keturunannya.
Ia telah menjelma jadi Pandora!
Kotak celaka
yang lalu mengutuknya
Jadi wanita kesepian
seumur hidup!
2024 - 2025”
―
All Quotes
|
My Quotes
|
Add A Quote
Browse By Tag
- Love Quotes 102k
- Life Quotes 80k
- Inspirational Quotes 76k
- Humor Quotes 44.5k
- Philosophy Quotes 31k
- Inspirational Quotes Quotes 29k
- God Quotes 27k
- Truth Quotes 25k
- Wisdom Quotes 25k
- Romance Quotes 24.5k
- Poetry Quotes 23.5k
- Life Lessons Quotes 22.5k
- Quotes Quotes 21k
- Death Quotes 20.5k
- Happiness Quotes 19k
- Hope Quotes 18.5k
- Faith Quotes 18.5k
- Travel Quotes 18k
- Inspiration Quotes 17.5k
- Spirituality Quotes 16k
- Relationships Quotes 15.5k
- Life Quotes Quotes 15.5k
- Motivational Quotes 15.5k
- Love Quotes Quotes 15.5k
- Religion Quotes 15.5k
- Writing Quotes 15k
- Success Quotes 14k
- Motivation Quotes 13.5k
- Time Quotes 13k
- Motivational Quotes Quotes 12.5k
