,

Literasi Quotes

Quotes tagged as "literasi" Showing 1-24 of 24
“Anak-anak muda jaman sekarang itu lucu dan agak susah dimengerti. Mereka cukup bersemangat membuat berbagai macam proposal untuk kegiatan organisasi yang mereka ikuti. Tapi proposal hidup yang berisi visi dan strateginya meraih mimpi, justru lupa mereka buat sendiri.”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia

“Di zaman milenial ini, satu-satunya yang paling patut untuk kita idolakan dan kita cintai, adalah beliau yang hidup tanpa Facebook, Instagram atau Twitter, namun memiliki 1,7 milyar followers. Beliau, adalah Nabi Muhammad SAW.”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia

“Nilai akhir dari proses pendidikan, sejatinya terrekapitulasi dari keberhasilannya menciptakan perubahan pada dirinya dan lingkungan. Itulah fungsi daripada pendidikan yang sesungguhnya.”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia

“Kita tidak akan jatuh oleh hadangan gunung. Tetapi kerikil, justru yang paling kerap membuat kita jatuh terhuyung.”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia

“Mari kita beri tepuk tangan bagi mereka yang bekerja (dari dan) untuk hatinya.”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia

“Orang-orang besar tumbuh bersama keputusan-keputusan besar yang diambilnya. Bukan oleh kemudahan-kemudahan hidup yang didapatnya.”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia

“Jangan menilai perempuan dari fisiknya. Tapi hatinya. Jangan menilai laki-laki dari kekayaannya. Tapi jiwa dan dedikasinya. Karena perabot kehidupan (fisik, jabatan, atau pun kekayaan), sungguh bersifat sementara. Tapi hati dan jiwa, adalah yang kekal dan menentukan segalanya.”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia

“Kawan-kawan baik di sekolah maupun di bangku kuliah sebaiknya tidak lupa. Bahwa nilai yang tinggi dalam sebuah ujian hanyalah hasil transformasi daya rekam ingatan; bukan nilai dari pertumbuhan pemikiran. Nilai akhir dari proses pendidikan, sejatinya terrekapitulasi dari keberhasilannya menciptakan perubahan pada dirinya dan lingkungan. Itulah fungsi daripada pendidikan yang sesungguhnya.”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia

“Penguatan budaya literasi adalah kunci memajukan negeri ini.”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia

“Writing is the only way to change the world without leaving bed.”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia

“Dalam sebuah riset, di tahun 2015, dalam 1 hari terdapat rata-rata 200 kecelakaan di Indonesia. Beberapa kecelakaan di antaranya menyebabkan kecacatan fisik dan menghabiskan harta korban dan keluarganya. Ini seharusnya membuat kita mengerti, tentang bagaimana cara memilih calon pasangan hidup kita nanti. Jangan menilai perempuan dari fisiknya. Tapi hatinya. Jangan menilai laki-laki dari kekayaannya. Tapi jiwa dan dedikasinya. Karena perabot kehidupan (fisik, jabatan, atau pun kekayaan), sungguh bersifat sementara. Tapi hati dan jiwa, adalah yang kekal dan menentukan segalanya.”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia

Andi Fitriyanto
“Ketika pustaka tak mendapat tempat, literasi tak menjadi minat, buku-buku diberangus, ide-ide tak lagi dituangkan, gagasan-gagasan tak lagi diwujudkan, rasionalitas kerap dipersangkalkan, ilusi dan takhayul disakralkan, sikap perlawanan diharamkan, anarki diartikan kekacauan, dan pemberontak pola pikir dilabel anarkis, kematian intelektualitas sedang mengintai di balik pintu.”
Andi Fitriyanto, Antitesis

Andi Fitriyanto
“Maknai hidupmu dengan literasi dan aksi. Berkaryalah tanpa pamrih pundi-pundi. Jadilah benderang di tengah gulita, pencerah di antara keluguan pikiran yang memayoritas. Bergelimanglah dalam kearifan dan kemaslahatan. Kau adalah spesies unggul yang seharusnya mengajak kepada keunggulan, tidak kepada paradigma picik geosentris dan kecerobohan pola pikir.”
Andi Fitriyanto, Antitesis

Andi Fitriyanto
“Kau bukan manusia yang berpikir jika kau belum membangkang atas pikiran usangmu. Pembangkang superioritas akan selalu menemukan jalan untuk mengekspos propaganda busuk yang mengerdilkan logika dan mengebiri keluhuran kemanusiaan demi meraih kasta tertinggi inteligensi, manusia unggul yang memaksimalkan akal dibandingkan keyakinan semu dan delusi.”
Andi Fitriyanto, Antitesis

Andi Fitriyanto
“Kita tercipta dari debu-debu semesta, bertaburan melayang-layang berotasi pada poros kehakikian makna, berevolusi mengelilingi ketaksaan hingga bertransformasi menjadi kenyataan mengakar yang tertanam kokoh pada tekanan gravitasi kemanusiaan dan peradaban berparadigma futuristis.”
Andi Fitriyanto, Antitesis

Andi Fitriyanto
“Sains tidak pernah mendiskreditkan agama, meskipun ia otonom dan bersifat bebas nilai, karena tujuan utamanya hanyalah mengungkap kebenaran secara terukur melalui sarana ilmiah. Lebih lagi, agama tidak akan pernah bisa dieradikasi oleh sains karena ia akan selalu menemukan pembenaran melalui ayat-ayat sucinya di setiap pengungkapan saintifik.”
Andi Fitriyanto, Enigmakrostik

Andi Fitriyanto
“Kematangan nalar dan kognisi adalah pusara bagi segala keilusifan, kegaiban, dan absurditas.”
Andi Fitriyanto, Enigmakrostik

Andi Fitriyanto
“Tidak ada harga mati di sepanjang lorong sivilisasi, kecuali evolusi. Ia adalah hal yang tidak terelakkan. Evolusi adalah harga mati. Namun, harga yang bisa ditawar adalah resultan dari evolusi: deklinasi, stagnasi, atau eskalasi. Manusia memiliki potensi untuk merekayasanya. Namun, ia dibatasi oleh daur hidup yang terlimitasi. Ia berlomba dengan waktu, dan alam raya memiliki kuasa penuh untuk menavigasinya.”
Andi Fitriyanto, Enigmakrostik

Andi Fitriyanto
“Tidak ada manusia waras yang anti terhadap humanisme. Manusia beradab adalah mereka yang antikeobsoletan, kebebalan, arogansi, dan kebiadaban. Kredo, agama, ketuhanan, kepercayaan, hingga spiritualitas sejatinya adalah sarana kemanusiaan—sebuah agen pencerah—maka ia harus bersifat fleksibel, karena evolusi adalah harga mati; ia tak terelakkan. Ketika sebuah ajaran arkais masih melestarikan dalil-dalil usang berdasarkan ketuhanan yang tidak selaras dengan kompromi moralitas universal yang terukur dan teruji, kesetaraan, diversitas, perkembangan zaman, dan kemajuan ilmu pengetahuan, maka ia menjadi ancaman bagi koeksistensi dan sepatutnya menempuh upaya moderasi. Asimilasi, integrasi, dan sinkretisme adalah keniscayaan, sebuah keharusan demi mencapai kulminasi kemanusiaan. Jika tidak, bersiaplah untuk ditelanjangi, dieliminasi, atau punah tergerus evolusi.”
Andi Fitriyanto, Enigmakrostik

Wan Mohd Nor Wan Daud
“Budaya ilmu juga bermakna ilmu dituntut dengan berbagai-bagai cara seperti pembacaan dan pendengaran atau pengalaman. Walaupun Islam menekankan kebolehan menulis dan membaca, tetapi dalam masyarakat Islam dahulu buta huruf tidak bermakna buta ilmu.”
Wan Mohd Nor Wan Daud, Budaya Ilmu: Satu Penjelasan

“Percayalah, ada Tuhan di hatimu yang terdalam. Di sana, tinggal lah suara-suara yang kan menuntunmu pada surga dan kesuksesan. Jangan pernah rela diperdaya oleh keadaan. Jangan pernah menjadi bodoh dan tumbang oleh omongan orang. Temui hatimu. Temui jalan hidupmu.”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia

“Membaca adalah melawan, menulis menciptakan perubahan, dan terorisme adalah pecundang.”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia

“Cara terbaik untuk meningkatkan kualitas karakter, kompetensi dan kesejahteraan hidup seseorang, adalah dengan menanamkan budaya literasi (membaca-berpikir-menulis-berkreasi). Cara terbaik untuk menanamkan budaya literasi yang kuat pada seseorang adalah dengan menjadikannya sebagai seorang penulis. Karena setiap penulis, secara otomatis akan melewati tahapan membaca, berpikir, dan tentu saja menulis serta berkreasi.”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia

Andi Fitriyanto
“Tidak ada manusia waras yang anti terhadap humanisme. Manusia beradab adalah mereka yang antikeobsoletan, kebebalan, arogansi, dan kebiadaban. Kredo, agama, ketuhanan, kepercayaan, hingga spitualitas, sejatinya adalah sarana humaniora—sebuah agen pencerah, maka ia harus bersifat fleksibel, karena evolusi adalah harga mati, ia tak terelakkan. Ketika sebuah ajaran arkais masih melestarikan dalil-dalil usang berbasis ketuhanan yang tidak selaras dengan kompromi moralitas universal yang terukur dan teruji, kesetaraan, diversitas, perkembangan zaman, dan progres-progres sains, maka ia menjadi ancaman bagi koeksistensi dan sepatutnya menempuh upaya moderasi. Asimilasi, integrasi, dan sinkretisme adalah keniscayaan. Sebuah keharusan, demi mencapai kulminasi kemanusiaan, jika tidak, bersiaplah untuk ditelanjangi, dieliminasi, atau punah tergerus evolusi.”
Andi Fitriyanto, Enigmakrostik