Nilai Quotes

Quotes tagged as "nilai" Showing 1-15 of 15
Pramoedya Ananta Toer
“Nilai yang diwariskan oleh kemanusiaan hanya untuk mereka yang mengerti dan membutuhkan. Humaniora memang indah bila diucapkan para mahaguru—indah pula didengar oleh mahasiswa berbakat dan toh menyebalkan bagi mahasiswa-mahasiswa bebal. Berbahagialah kalian, mahasiswa bebal, karena kalian dibenarkan berbuat segala-galanya.”
Pramoedya Ananta Toer, House of Glass

Ayu Utami
“Dalam hati kecilku aku tahu bahwa manusia tidak pantas diterapkan dalam skala nilai. Manusia tidak akan bahagia dibegitukan. Skala penilaian akan menghasilkan manusia super dan manusia pecundang.”
Ayu Utami, Pengakuan: Eks Parasit Lajang

Dian Nafi
“Jiwa kemudaan kami membuatnya selalu bergolak. Tetapi ajaran dan nilai yang keluarganya ajarkan, membuatnya selalu berusaha membatasi diri. Membuat benteng–benteng pertahanan. (Yudhistira)”
dian nafi, Just in Love

Kusumastuti
“Makanya jangan menilai buku hanya dari sampulnya.“
“Eh, aku tidak menilai, hanya menyayangkan. Wajahnya cantik, polos.“
“Berarti yang boleh merokok atau memakai snus, hanya yang wajahnya jelek?”
Kusumastuti, Berlabuh di Lindoeya

“Bukan kebiruan darah dan sorot mata yang menentukan harga mati seseorang. Tetapi cara hidup, kerja nyata dan sumbangannya kepada masyarakat dan sesama manusia.”
H.B. Supiyo, Titian Perjalanan

“Mungkin sifat serakah dapat dimaafkan, kalau hasilnya bisa digunakan untuk membuat kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat umum? Nilai-nilai seperti itu terasa ambigu. Tapi, menyatakan bahwa segalanya di dunia ini tidak ada yang hitam-putih.”
Maisie Junardy, Man's Defender

Titon Rahmawan
“Nilai di mata orang lain lahir dari nilai yang kita berikan; hargai diri, bangun integritas, maka kelas sosial akan naik dengan sendirinya.”
Titon Rahmawan

Titon Rahmawan
“Sesungguhnya, kesadaran kemanusiaan kita adalah mata air yang tak pernah kering. Siapa yang belajar menimba dari padanya, tak akan pernah kehausan seumur hidup.”
Titon Rahmawan

Titon Rahmawan
“Anakku, kekayaan bukan sesuatu yang bisa kau kejar di luar sana,
melainkan sesuatu yang tumbuh dari dalam dirimu.
Uang hanyalah bayangan dari kesadaranmu.
Jika engkau ingin bayang-bayangmu terlihat panjang,
maka berdirilah tegak di bawah matahari nilai kebaikan dan keutamaan dari dirimu sendiri.”
Titon Rahmawan

Titon Rahmawan
“Harga bisa jatuh, tapi nilai kesadaran kemanusiaan tidak akan pernah pudar.”
Titon Rahmawan

Titon Rahmawan
“Ketahuilah, nilai itu tidak ditentukan oleh pasar, melainkan oleh kesadaran kemanusiaan kita sendiri. Harga mengikuti suara massa, tapi nilai yang sesungguhnya mengikuti suara hati.
Jika engkau hidup hanya untuk mengikuti pasar, maka nilaimu akan naik turun seperti grafik yang kehilangan arah. Tapi jika engkau hidup dari pusat kesadaranmu—dari karya, niat, kesungguhan dan kejujuran—maka engkau menjadi seperti emas sejati: ia mungkin terpendam dalam tanah, tapi tak pernah berkarat.”
Titon Rahmawan

Titon Rahmawan
“Untuk menjadi jujur pun perlu kecerdasan.
Kebaikan tanpa kebijaksanaan hanya akan jadi korban keserakahan, kekikiran dan ketamakan. Tapi kebijaksanaan tanpa kebaikan akan menjadi racun. Manusia harus punya keduanya: nurani yang bening, dan akal yang tajam.”
Titon Rahmawan

Titon Rahmawan
“Harga naik turun mengikuti pasar,
tapi nilai kemanusiaan mengikuti hati nurani. Harga bisa naik karena kelangkaan, tapi nilai manusia naik karena ketulusan dan keikhlasan.
Harga bisa jatuh karena terpaan gosip, tapi nilai sejati manusia bertahan abadi karena karakter.”
Titon Rahmawan

Titon Rahmawan
“Ingatlah, uang hanyalah alat ukur. Ia tidak menentukan siapa dirimu.
Kau bisa kaya di mata dunia, tapi miskin di mata jiwamu sendiri.
Dan kau bisa tampak sederhana, namun bisa juga tak ternilai di mata semesta. Karena nilai diri adalah mata uang yang tak pernah mengalami inflasi”
Titon Rahmawan

Titon Rahmawan
“Sang guru lalu mengeluarkan sekeping koin tua dari sakunya dan meletakkannya di atas meja.
“Lihatlah koin ini,” katanya, “di satu sisi tertera gambar seorang raja, di sisi lain angka yang menandakan nilainya. Dunia menilai dari angka itu, tapi aku menilai dari siapa yang mencetaknya. Begitu pula manusia. Dunia menilai dari hasil, tapi semesta menilai dari sumber — dari nilai pribadi yang memancarkan makna.”

Ia menatap sang saudagar dengan lembut.
“Orang miskin menjual waktu karena tak tahu nilainya.
Kelas menengah menukar waktu dengan gaji karena butuh kepastian.
Orang kaya sejati menukar ide dengan pengaruh — karena ia tahu nilai tertinggi bukan pada kerja keras, tapi pada keunggulan pribadi yang bermanfaat bagi banyak jiwa.”
Titon Rahmawan