Hasrat Quotes
Quotes tagged as "hasrat"
Showing 1-7 of 7
“kambakht is hasrat ne sarhad pe la khada kiya.... warna kal fursat bhi thi aur raste ki aawargi bhi...”
―
―
“ک تمنا ہے میرے دِل میں ،
تم اسے میری حسرت کہہ سکتے ہو .
چھوڑ کے جانے کے بعد بھی ،
تم مجھے اپنا کہہ سکتے ہو”
―
تم اسے میری حسرت کہہ سکتے ہو .
چھوڑ کے جانے کے بعد بھی ،
تم مجھے اپنا کہہ سکتے ہو”
―
“Begitu mereka melihat diri mereka, hanya berdua di rumah itu, mereka menyerah pada kegilaan dalam bercinta, seakan-akan mengejar waktu yang telah tersia-sia. Itu adalah nafsu dan gairah yang gila, menggusarkan, yang membuat tulang-tulang Fernanda gemetaran dari teror di dalam kuburannya dan mereka selalu saling menyenangkan.”
― One Hundred Years of Solitude
― One Hundred Years of Solitude
“Namun, keduanya telah mencapai semacam kepandaian dalam teknik yang paling ekstrem sehingga bila mereka menjadi kehabisan tenaga, mereka pun masih dapat memanfaatkan kondisi itu untuk meningkatkan gairah keduanya. Mereka akan menyerahkan diri mereka pada pemujaan tubuh-tubuh sambil menemukan, bahwa periode-periode sisanya dalam bercinta merupakan kemungkinan-kemungkinan yang belum diselidiki, belum dijelajah, jauh lebih kaya daripada sekadar hasrat atau berahi.”
― One Hundred Years of Solitude
― One Hundred Years of Solitude
“Jalang
Ada sekuntum mawar di dadamu
dan dusta di mulutmu.
Sesungguhnya,
Kau tak menggonggong
serupa anjing yang tolol.
Kau hanya tak mengindahkan hal lain, selain rasa laparku.
Kaugigit tulang
dari kedalamanku yang perih.
Mata yang tak peduli
dan hasrat untuk membunuh.
Gelegak darah ini
sama kejinya dengan tikam amarah.
Api yang kau sembunyikan
di balik mata pisau beringas.
Pada dadamu yang terbelah
jantungmu yang memerah.
Kejalangan yang kau tunjukkan
tanpa penyesalan dan rasa malu.
Lagak lagumu tak semerah gincu
yang kau kenakan malam itu.
Dan apakah itu...
secarik kain sewarna darah
yang tak mampu menutupi kemesumanmu dari dunia?
Dari dulu sekali,
Kau sudah bukan milikku lagi!
...
Kau sudah jadi milik semua orang.
Semua kata cinta
yang kau obral dengan murah.
Haram jadah yang terlahir
dari mimpi basah di siang bolong.
Mimpi tempatku
menghabiskan waktu.
Waktu dan seluruh kesia-siaan.
Waktu yang tak bernilai;
Onggokan sampah!
Sumpah serapah dan omong kosong.
Waktu yang membusuk
dalam pikiran semua orang.
Mereka yang tak lebih anjing
dari diriku sendiri.
Mereka yang penuh gairah menanti
saat tiba jam pertunjukan
dengan air liur menetes.
Mereka, yang menyulam
benang laba-laba itu
ke dalam pikiranmu.
Seutas rambut yang lebih tipis
dari harga diri dan kehormatan.
Nilai yang kau sendiri
Bahkan tak peduli.
Bodohnya lagi,
seperti yang selama ini terjadi...
Aku masih saja duduk terpaku
di depan layar menyesatkan itu
menunggu...
Merasa lebih, memiliki dirimu
Lebih dari siapa pun, Kay!
2024 - 2025”
―
Ada sekuntum mawar di dadamu
dan dusta di mulutmu.
Sesungguhnya,
Kau tak menggonggong
serupa anjing yang tolol.
Kau hanya tak mengindahkan hal lain, selain rasa laparku.
Kaugigit tulang
dari kedalamanku yang perih.
Mata yang tak peduli
dan hasrat untuk membunuh.
Gelegak darah ini
sama kejinya dengan tikam amarah.
Api yang kau sembunyikan
di balik mata pisau beringas.
Pada dadamu yang terbelah
jantungmu yang memerah.
Kejalangan yang kau tunjukkan
tanpa penyesalan dan rasa malu.
Lagak lagumu tak semerah gincu
yang kau kenakan malam itu.
Dan apakah itu...
secarik kain sewarna darah
yang tak mampu menutupi kemesumanmu dari dunia?
Dari dulu sekali,
Kau sudah bukan milikku lagi!
...
Kau sudah jadi milik semua orang.
Semua kata cinta
yang kau obral dengan murah.
Haram jadah yang terlahir
dari mimpi basah di siang bolong.
Mimpi tempatku
menghabiskan waktu.
Waktu dan seluruh kesia-siaan.
Waktu yang tak bernilai;
Onggokan sampah!
Sumpah serapah dan omong kosong.
Waktu yang membusuk
dalam pikiran semua orang.
Mereka yang tak lebih anjing
dari diriku sendiri.
Mereka yang penuh gairah menanti
saat tiba jam pertunjukan
dengan air liur menetes.
Mereka, yang menyulam
benang laba-laba itu
ke dalam pikiranmu.
Seutas rambut yang lebih tipis
dari harga diri dan kehormatan.
Nilai yang kau sendiri
Bahkan tak peduli.
Bodohnya lagi,
seperti yang selama ini terjadi...
Aku masih saja duduk terpaku
di depan layar menyesatkan itu
menunggu...
Merasa lebih, memiliki dirimu
Lebih dari siapa pun, Kay!
2024 - 2025”
―
“Khajuraho I
Madu,
di pelataran kuil ini
aku ingin melukis dirimu sekali lagi.
Saat lesap senja menjemput senyap
di puncak candi
dan kelam hasratku menudungi
samar-samar wajahmu dengan tirai kabut misteri.
Tidakkah engkau dengar bulan berbisik:
Madu tidurlah.
Tidurlah Madu, tidurlah.
Tapi jangan kaukunci pintu hatimu supaya aku
bisa merasuk ke dalam mimpimu. Ijinkan aku
mengirai sepasang sayapku
dalam surgamu
yang rumit namun sekaligus juga sederhana.
Lelap, lelaplah engkau dalam pelukanku
atau lenalah di atas pangkuanku.
Duh Madu, Maduku.
Lelaplah, lenalah engkau dalam langut
tembang sirep yang aku lantunkan, supaya dalam gulita sanggar pamujan keramat ini
aku dapat menangkap samar auramu yang suci.
Kau tak perlu malu sebab hujan akan turun malam ini,
dan tubuhmu molek belaka.
Semolek cendayan tubuhmu
masih serupa dulu ketika aku sering membayangkan dirimu
dari balik gerbang malam
yang tertutup ini.
Dengan coreng-moreng kembang boreh pada wajahmu yang putih jenaka.
Dengan segulung setagen hitam yang longgar menggoda.
Dengan kemben tanpa bunga dan jarit lusuh yang itu-itu juga.
Itulah tatahan yang telanjur sempurna
dan tersimpan rapi dalam ingatan. Gambaran yang tak akan pernah tergantikan oleh apa pun.
Seperti sunggingan abadi jari-jemari seorang empu,
dalam lingkung taman kecil tapi menyenangkan ini: semesta
tumpukan batu-batu yang tak kunjung usai engkau tata
dan pahatan asmaragama yang betapa gelora kehangatannya
seperti wangi setanggi yang tak mau pergi.
Serta tentu saja, cermin bersurat yang tersemat
di setiap pintu menuju relung hatimu, yang dengan licin
memantulkan wajah seorang jejaka kolokan tertawan cinta
yang berusaha menyapa dirimu dengan bibir mesumnya
dan juga tatap mata masa lalunya yang selalu sedih.
Sesedih masa lalu yang menatap dirimu dari balik
kesedihan daun-daun palma masa lalunya sendiri.
Sudah begitu lama wajah kasmaran itu
menghuni pikiranku, seperti tak ingin berpaling
dari ingatan sempurna jelita ayu parasmu.
Duh Madu. Maduku. Laksmi pelipur rinduku
Kurma penawar dahagaku. Engkaulah itu Kharjuravāhaka
mengalunlah suaramu dalam alir darahku.
Biar bunyi desah nafasmu yang lembut membelai hijau rerumputan dan
debar detak jantungmu seketika menyingkap rimbun dedaunan.
Embun tajali yang tersembunyi di dalam reruntuhan dadaku yang paling pilu.
Sayap-sayap Jatayu yang meneluh gemetar jejari waktu yang pelan-pelan
berusaha menyibak rahasiamu, membongkar kesakralanmu dengan segala keisengan dan mungkin kenakalan seorang perjaka
dibantun cinta.
Duh Madu, betapa ingin aku menyentuh tubuhmu, membelai
ujung gunung membusung yang menantang kelelakianku.
Menelusuri ceruk-ceruk rahasiamu yang sarat hikmat purbawi.
Elok prasasti yang terhampar permai di hadapanku. Dan lalu
diam-diam kukecup padma di telapak Siwa yang tengah mekar
di permukaan kolam hayatmu.
Hanya untuk menguji betapa
aku tidak sedang terbawa arus mimpi Sungai Godavari.
Serupa kuda Uccaihsrawa yang lepas kendali
sungguh tak hendak aku pungkiri, betapa keras hasratku untuk menundukkanmu
membolak-balik semesta tubuhmu
dan bila mungkin menelanjangimu.
Supaya aku dapat menyelam jauh ke dalam lubuk
pesonamu yang paling liar, melawan mantramu
yang paling bangkar, hanya untuk mengungkap
teka-teki chakra yantra dalam sunyi samadi.
Menjinakkan detya, meremukkan asura dan lalu
menyusun batu-batu parasmu sekali lagi.
Akan tetapi, ketika kelelapanmu menyihir mata batinku,
aura mistis yang meneluh panca inderawiku
berasa seperti mencubit dan menyentil kesadaranku
betapa sungguh dalam kepasrahanmu itu
engkau tampak begitu indah.
Secercah aruna namun jauh lebih indah dari sekadar basah
hujan lukisan mimpi
lepas dini hari.
November 2015”
―
Madu,
di pelataran kuil ini
aku ingin melukis dirimu sekali lagi.
Saat lesap senja menjemput senyap
di puncak candi
dan kelam hasratku menudungi
samar-samar wajahmu dengan tirai kabut misteri.
Tidakkah engkau dengar bulan berbisik:
Madu tidurlah.
Tidurlah Madu, tidurlah.
Tapi jangan kaukunci pintu hatimu supaya aku
bisa merasuk ke dalam mimpimu. Ijinkan aku
mengirai sepasang sayapku
dalam surgamu
yang rumit namun sekaligus juga sederhana.
Lelap, lelaplah engkau dalam pelukanku
atau lenalah di atas pangkuanku.
Duh Madu, Maduku.
Lelaplah, lenalah engkau dalam langut
tembang sirep yang aku lantunkan, supaya dalam gulita sanggar pamujan keramat ini
aku dapat menangkap samar auramu yang suci.
Kau tak perlu malu sebab hujan akan turun malam ini,
dan tubuhmu molek belaka.
Semolek cendayan tubuhmu
masih serupa dulu ketika aku sering membayangkan dirimu
dari balik gerbang malam
yang tertutup ini.
Dengan coreng-moreng kembang boreh pada wajahmu yang putih jenaka.
Dengan segulung setagen hitam yang longgar menggoda.
Dengan kemben tanpa bunga dan jarit lusuh yang itu-itu juga.
Itulah tatahan yang telanjur sempurna
dan tersimpan rapi dalam ingatan. Gambaran yang tak akan pernah tergantikan oleh apa pun.
Seperti sunggingan abadi jari-jemari seorang empu,
dalam lingkung taman kecil tapi menyenangkan ini: semesta
tumpukan batu-batu yang tak kunjung usai engkau tata
dan pahatan asmaragama yang betapa gelora kehangatannya
seperti wangi setanggi yang tak mau pergi.
Serta tentu saja, cermin bersurat yang tersemat
di setiap pintu menuju relung hatimu, yang dengan licin
memantulkan wajah seorang jejaka kolokan tertawan cinta
yang berusaha menyapa dirimu dengan bibir mesumnya
dan juga tatap mata masa lalunya yang selalu sedih.
Sesedih masa lalu yang menatap dirimu dari balik
kesedihan daun-daun palma masa lalunya sendiri.
Sudah begitu lama wajah kasmaran itu
menghuni pikiranku, seperti tak ingin berpaling
dari ingatan sempurna jelita ayu parasmu.
Duh Madu. Maduku. Laksmi pelipur rinduku
Kurma penawar dahagaku. Engkaulah itu Kharjuravāhaka
mengalunlah suaramu dalam alir darahku.
Biar bunyi desah nafasmu yang lembut membelai hijau rerumputan dan
debar detak jantungmu seketika menyingkap rimbun dedaunan.
Embun tajali yang tersembunyi di dalam reruntuhan dadaku yang paling pilu.
Sayap-sayap Jatayu yang meneluh gemetar jejari waktu yang pelan-pelan
berusaha menyibak rahasiamu, membongkar kesakralanmu dengan segala keisengan dan mungkin kenakalan seorang perjaka
dibantun cinta.
Duh Madu, betapa ingin aku menyentuh tubuhmu, membelai
ujung gunung membusung yang menantang kelelakianku.
Menelusuri ceruk-ceruk rahasiamu yang sarat hikmat purbawi.
Elok prasasti yang terhampar permai di hadapanku. Dan lalu
diam-diam kukecup padma di telapak Siwa yang tengah mekar
di permukaan kolam hayatmu.
Hanya untuk menguji betapa
aku tidak sedang terbawa arus mimpi Sungai Godavari.
Serupa kuda Uccaihsrawa yang lepas kendali
sungguh tak hendak aku pungkiri, betapa keras hasratku untuk menundukkanmu
membolak-balik semesta tubuhmu
dan bila mungkin menelanjangimu.
Supaya aku dapat menyelam jauh ke dalam lubuk
pesonamu yang paling liar, melawan mantramu
yang paling bangkar, hanya untuk mengungkap
teka-teki chakra yantra dalam sunyi samadi.
Menjinakkan detya, meremukkan asura dan lalu
menyusun batu-batu parasmu sekali lagi.
Akan tetapi, ketika kelelapanmu menyihir mata batinku,
aura mistis yang meneluh panca inderawiku
berasa seperti mencubit dan menyentil kesadaranku
betapa sungguh dalam kepasrahanmu itu
engkau tampak begitu indah.
Secercah aruna namun jauh lebih indah dari sekadar basah
hujan lukisan mimpi
lepas dini hari.
November 2015”
―
All Quotes
|
My Quotes
|
Add A Quote
Browse By Tag
- Love Quotes 102k
- Life Quotes 80k
- Inspirational Quotes 76k
- Humor Quotes 44.5k
- Philosophy Quotes 31k
- Inspirational Quotes Quotes 29k
- God Quotes 27k
- Truth Quotes 25k
- Wisdom Quotes 25k
- Romance Quotes 24.5k
- Poetry Quotes 23.5k
- Life Lessons Quotes 22.5k
- Quotes Quotes 21k
- Death Quotes 20.5k
- Happiness Quotes 19k
- Hope Quotes 18.5k
- Faith Quotes 18.5k
- Travel Quotes 18.5k
- Inspiration Quotes 17.5k
- Spirituality Quotes 16k
- Relationships Quotes 15.5k
- Life Quotes Quotes 15.5k
- Motivational Quotes 15.5k
- Religion Quotes 15.5k
- Love Quotes Quotes 15.5k
- Writing Quotes 15k
- Success Quotes 14k
- Motivation Quotes 13.5k
- Time Quotes 13k
- Motivational Quotes Quotes 12.5k
