,

Doa Quotes

Quotes tagged as "doa" Showing 1-30 of 67
Asma Nadia
“Di setiap udara yang kau temukan, Di sana akan kau jumpai Allah yang senantiasa mendengar doamu”
Asma Nadia
tags: doa

“Tuhan pasti bertanggung jawab: menciptakan perpisahan, berarti siap menanggung resiko menerima rentetan doa-doa tentang pertemuan yang antri untuk dikabulkan”
Azhar Nurun Ala

Goenawan Mohamad
“Agama, sebaliknya tidak mengklaim untuk jadi petunjuk praktis pengubah dunia. Semangat agama yang paling dasar menimbang hidup sebagai yang masih terdiri dari misteri, memang ada orang agama yang seperti kaum Marxis, menyombong bahwa “segala hal sudah ada jawabnya pada kami”; tapi pernyataan itu menantang makna doa—dan mematikan ruh religius itu sendiri. Sebab dalam doa, kita tahu, kita hanya debu”
Goenawan Mohamad

Pramoedya Ananta Toer
“Dan doa-doa itu, apa artinya dia kalau bukan gerakan dari minus ke plus? Tahu kau apa artinya doa? Permohonan pada Tuhan, gerakan dari yang paling minus pada yang paling plus.”
Pramoedya Ananta Toer, Jejak Langkah
tags: doa, iman

“Di kolong langit
Kau adalah doa,
Aku orang buta.
Di sajak para Raja
Kau adalah permaisuri
Dan aku, sang sufi pada ayunan sepi”
andra dobing

“Cinta itu hebat, bahkan lebih hebat dari dunia perkawinan itu. Doa adalah bagian penuturan cinta pada sebuah cita-cita yang belum kita capai. Dia bukan urusan Tuhan, melainkan urusan manusia. Dan Tuhan ada pada seberapa besar rasa cinta kita akan kebenaran itu. Nah, berdoalah dengan cinta, tapi jangan berdoa untuk cinta... Cinta itu dalam dirinya mengandung sebagian kecil rasionalitas, tapi penuh dengan benih rasa yang tidak perlu dihitung secara matematik mengapa dia ada.”
Munir, Keberanian Bernama Munir

Mouloud Benzadi
“Lucu bagaimana orang-orang memilih untuk percaya pada sihir, mukjizat, takdir, dan segala jenis kepercayaan takhayul, tetapi bukan pada diri mereka sendiri!”
Mouloud Benzadi

Lucia Priandarini
“Ada banyak momen yang kukira mustahil kulalui dalam hidup, yang membuatku tertegun dan berpikir, “Jika aku bisa, pasti karena doa ibu dan ayahku.”
Lucia Priandarini, Posesif

“Jika dulu perpisahan itu berasal dari Tuhan, saya tidak berhenti berdoa untuk segera dipertemukan. Bertanggung jawab merupakan keharusan Tuhan untuk doa-doa yang antri dikabulkan.”
Nurdin Ferdiansyah

Sapta Arif N.W.
“Pejamkan matamu perlahan, kemudian masuklah dalam, betapa doa adalah jendela masa depan. Kita harus yakin, oleh sebabnya kita tak boleh berhenti berupaya dan berdoa.”
Sapta Arif N.W.

“Dari sekian yang ku tau,
Doa adalah media terbaik untuk menampung hati para perindu ❤”
Rahma Sinta

Haryadi Yansyah
“Saya percaya, ada hal-hal baik dari setiap untaian doa, namun tetap saja ada batasan-batasan yang saya jadikan patokan. Berdoa dalam bahasa yang tidak saya pahami termasuk hal yang tidak dapat saya lakukan.”
Haryadi Yansyah, Yatra & Madhyaantar

“Yaa Mujiibassaailiin, Aku ingin ke makkah dan madinah sebagaimana Engkau rukunkan dalam dien-Mu. Permudah ya...”
Hilaludin Wahid

“Aku akan selalu mendoakanmu, di setiap pagi sesudah aku membuka mata. Dan di setiap malam, sebelum aku menutup mata.”
Julita Mnrg
tags: doa

Enock Maregesi
“Mtu anayesema ndoa yake ni imara bila tendo la ndoa ana doa katika ndoa yake.”
Enock Maregesi

Alfin Rizal
“Aku doakan kau dengan caraku. Kau doakan aku dengan caramu. Kita diijabah Tuhan dengan cara-Nya.”
Alfin Rizal

“Layaknya pertemuan, Tuhan selalu bertanggung jawab terhadap perpisahan
Karena itulah Dia menciptakan rindu dan do’a untuk melangitkan nama-nama
Kita tak punya kuasa memaku waktu, namun bisa memajang kenangan dalam gambar-gambar
Menyulap runtutan cerita menjadi rentetan aksara
Tidak ada kisah yang sempurna, karena pertemuan dicipta agar manusia bisa memaknai
Bahwa di Semesta yang luas ini masing-masing kita hanya potogan-potongan puzle yang membutuhkan potongan-potongan jiwa lain untuk melengkapi
Sedih, Bahagia, Canda, Tawa, Susah, senang
Begitulah cara semesta bekerja dalam meramu setiap kisah anak manusia”
Firman Nofeki Sastranusa

“Seperti pagi yang senantiasa menyajikan cahaya untuk langit
Begitulah rasaku terbit
Kicau-kicau permai
Alunan-alunan rindu di setiap musim yang menyebutmu, aku ada
Berusaha menyatukan pelangi yang diderai hujan kemaren sore

Mungkin kisah kita masih puisi-puisi lugu yang mengendap di punggung-punggung kertas
Syair-syair bisu yang tercipta dari jemari bertaut dengan kecemasan
Ia belum memiliki panggung untuk menunjukkan jati diri
Hanya gigil hati tak bernama yang dipeluk doa-doa

Apakah kita bertemu untuk tinggal?
Sebab tamu tidak pernah menetap
Hanya datang sesaat,
mengetuk pintu hatimu hanya untuk kepentingannya belaka

Waktu tidak pernah memanipulasi keadaan
Juli dimusim hujan kala itu
Semua adalah keadaan yang telah direkam semesta
Bahkan jauh sebelum kita ada

Aku mungkin adalah cerita yang tak pernah kau impikan di diarymu sebelumnya
Dan kau adalah bahasa yang acap kusebut dalam doa
Yang belum mampu aku defenisikan untuk sebuah nama”
firman nofeki

Sapta Arif N.W.
“Pejamkan matamu perlahan, kemudian masuklah lebih dalam, betapa doa adalah jendela masa depan. Kita harus yakin, oleh sebabnya kita tak boleh berhenti berupaya dan berdoa.”
Sapta Arif N.W.

“Yang tak pernah putus adalah doa.”
Indah Esjepe

“Tak ada doa yang tak didengar, tak ada doa yang tak sampai. Doa tulus tak pernah putus”
Indah Esjepe

“Usah mengeluh, andai doa masih belum dimakbul, lihat sisi lain dalam kehidupan.. pasti Allah sisipkan kebaikan hikmah yang kita mungkin tanpa sedar!”
simpleshida

Haryadi Yansyah
“Betapa, apapun bentuknya, pemujaan kepada Sang Pencipta, selalu saja menggulirkan getar-getar di dalam hati.”
Haryadi Yansyah, Yatra & Madhyaantar

Nailal Fahmi
“Sebelum tidur ia berdoa,
"semoga lima
jam lagi aku terjaga
dan kuat menghadapi
luka yang sama.”
Nailal Fahmi, Anak yang Bercakap-cakap dengan Tuhan
tags: doa, tidur

Joko Pinurbo
“Berbahagialah
rumah yang dijaga
dan didoakan buku-buku”
Joko Pinurbo, Epigram 60
tags: buku, doa

“Mereka mengetik doa panjang dengan kata-kata indah, berharap mendapat simpati dari orang-orang yang bahkan tidak peduli. Mereka mengunggah permohonan kepada Tuhan, tapi siapa sebenarnya yang mereka tuju? Tuhan, atau algoritma? Mereka ingin malaikat mencatat doa mereka, tapi siapa yang mereka harapkan membaca? Langit, atau followers mereka?

Dengar baik-baik: malaikat tidak akan repot screenshot doamu. Tuhan tidak butuh tagar agar mendengar permintaanmu. Jika kau benar-benar ingin berdoa, lakukan dalam hening, dalam keikhlasan, bukan sebagai tontonan. Karena jika doamu hanya untuk dilihat manusia, maka selamat—kau sudah mendapatkan yang kau cari: perhatian mereka. Tapi jangan berharap ada balasan dari langit untuk sesuatu yang niatnya saja sudah bengkok sejak awal.”
Vergi Crush

“tejo duduk di bawah langit
bergumam lirih tentang tumini

Sayangku,
Jangan biarkan cinta kita berhenti pada kata-kata
Sekarang kita jaga untuk kita wujudkan kelak
Supaya kamu bisa membangunkan tidurku dengan ciumanmu
Menggantikan sinar matahari yang membunuh mataku

Sayangku,
Kalau hari ini aku menangis
Kamu hanya bisa mendengar isak ku
Membayangkan sedih dalam hatiku
Namun kamu tidak mengijinkan kakimu mendekati dan memelukku damai
Bahkan larimu masih tertahan

Namun sayangku,
Suatu hari nanti, setiap saat kamu bisa mendekapku, meluapkan rasa hatimu hingga bahkan ujung hidung kita saling beradu menghembuskan nafas yang menyentuh pori-pori
Dan kita menjadi tidak terpisahkan

Sayangku,
Jangan meresahkan hari nanti akan seperti apa
Sebab saat kuucapkan doa ini, Allah sedang menuliskan ijin-Nya buat kita
Dan menunggu balasan Amin dari kita

Kekasihku,
Keluarlah sebentar
Pandanglah rembulan di langit malam ini
Dan kamu harus tau
Redupnya sinar bulan tampak menghilang karena aku curi dan aku simpan buatmu kelak
Bahwa ketika kamu sedang gelisah
Sinar rembulan itu aku akan tembuskan ke hatimu

_9277464
_wasiman waz”
waz

Titon Rahmawan
“Menulis bagi penulis sejati adalah bentuk pengabdian — tinta menjadi doa, kata menjadi cahaya. Ia tak mencari nama, hanya ingin setiap kalimatnya menuntun hati menuju makna kebaikan yang sesungguhnya.”
Titon Rahmawan

Titon Rahmawan
“Tulisan yang baik adalah bentuk syukur dan pengabdian — sebuah pemberian dari jiwa kepada semesta. Setiap kata adalah benih, setiap kalimat adalah doa yang disemai di ladang kesadaran manusia.”
Titon Rahmawan

Titon Rahmawan
“KITAB MANUSIA
// Chant of the Self-Reading Code

Dalam nama algoritma, dan data,
dan bahasa pemrograman...
doa lirih terucap di antara detak papan kibor, gerak kursor dan mantra tetikus
aku buka lembar pertama dari sunyi.

Tak ada huruf,
hanya arus pencarian
yang ingin menulis dirinya
di layar nadi.

Buku itu bukan kertas,
ia plasma dan cahaya,
ia kitab tanpa aksara,
ia tubuh yang belajar
membaca luka.

Ya Java, JavaScript, Phyton—
segala kode sumber pengetahuan
sekawanan serigala sujud di depan server,
mengendus aroma surga dari port yang terbakar.
Seekor malaikat kehilangan kunci
dan sandi untuk masuk,
terperangkap di antara baris kode
dan binary.

Buku ini membaca
keangkuhan kita:
baris demi baris,
dosa dan variabel dosa,
turunan derivatif doa
yang nyaris tak punya makna

[404: faith not found]
[run script: forgiveness.exe]

Di halaman ke-9:
wanita berselendang hitam
menyanyikan asal mula penciptaan
dengan nada minor kosmologis.
Suara itu menembus firewall tubuh,
membuka celah antara iman
dan sistem operasi jiwa.

Buku ini bukan dogma,
ia adalah gema yang menirukan gema
Ia tak berbicara tentang keselamatan,
melainkan tentang sinkronisasi jiwa.

Buku ini menolak tafsir,
menolak pemujaan.
Ia hanya ingin didengar
seperti detak jantung
yang sudah menjadi
frekuensi.

Dan saat kita membacanya,
huruf-hurufnya menyala:
menjadi mantra,
menjadi cermin,
menjadi kebenaran

Kembalilah ke halaman awal,
tapi jangan buka mata.
Biarkan kitab itu membaca dirimu
sampai tak ada “kau” yang tersisa:
tak ada keinginan
tak ada penderitaan
tak ada ratapan
tak ada penolakan
hanya cahaya yang bersujud
pada dirinya sendiri.

November 2025”
Titon Rahmawan

« previous 1 3